JAKARTA, KOMPASTV - Menkes Budi Gunadi Sadikin merespons terkait uji coba Vaksin TBC ke masyarakat Indonesia dari Bill Gates, Kamis (8/5/2025).
"TBC pembunuh terbanyak di Indonesia 100 ribu per tahun, di dunia 1 juta per tahun. Vaksinnya didevelop cepat," kata Menkes di ROSI, Kamis (8/5/2025).
Menkes menilai adanya clinical trial terkait vaksin TBC ini bukan uji coba melainkan Indonesia dapat kesempatan lebih dulu.
"Kalau misalnya kita diam saja dan lakukan apa-apa kita akan tertinggal, negara yang clinical trial akan lebih dulu vaksinnya, in the end of the day, masyarakat kita yang mati 100 ribu akan dapat prioritas lebih dulu untuk akses vaksin ini," kata Menkes Budi.
Produser: Yuilyana
Thumbnail Editor: Galih
#menkes #billgates #rosi
Baca Juga Robert Prevost Terpilih Jadi Paus Pertama dari Amerika, Ambil Nama Leo XIV di https://www.kompas.tv/internasional/592153/robert-prevost-terpilih-jadi-paus-pertama-dari-amerika-ambil-nama-leo-xiv
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/talkshow/592158/menkes-budi-buka-suara-soal-uji-klinik-vaksin-tbc-bill-gates-rosi
"TBC pembunuh terbanyak di Indonesia 100 ribu per tahun, di dunia 1 juta per tahun. Vaksinnya didevelop cepat," kata Menkes di ROSI, Kamis (8/5/2025).
Menkes menilai adanya clinical trial terkait vaksin TBC ini bukan uji coba melainkan Indonesia dapat kesempatan lebih dulu.
"Kalau misalnya kita diam saja dan lakukan apa-apa kita akan tertinggal, negara yang clinical trial akan lebih dulu vaksinnya, in the end of the day, masyarakat kita yang mati 100 ribu akan dapat prioritas lebih dulu untuk akses vaksin ini," kata Menkes Budi.
Produser: Yuilyana
Thumbnail Editor: Galih
#menkes #billgates #rosi
Baca Juga Robert Prevost Terpilih Jadi Paus Pertama dari Amerika, Ambil Nama Leo XIV di https://www.kompas.tv/internasional/592153/robert-prevost-terpilih-jadi-paus-pertama-dari-amerika-ambil-nama-leo-xiv
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/talkshow/592158/menkes-budi-buka-suara-soal-uji-klinik-vaksin-tbc-bill-gates-rosi
Kategori
🗞
BeritaTranskrip
00:00Intro
00:00Selamat malam, dunia kedokteran jadi sorotan usai mencuatnya berbagai kasus kekerasan dan pelecehan seksual yang dilakukan oleh Oknum Dokter.
00:16Hal ini berujung pasien dan keluarga dihinggapi rasa khawatir saat menjalani layanan kesehatan.
00:22Dokter yang seharusnya bisa mengobati dan menyembuhkan malah jadi pelaku kejahatan.
00:28Saya mengundang Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin yang kemarin baru saja berulang tahun.
00:35Selamat malam Pak BGS, kita bicara 8 Mei, 6 Mei yang lalu Pak BGS ulang tahun.
00:41Happy birthday.
00:42Iya, lansia udah 61, 61.
00:44Bisa dapat layanan transportasi publik gratis.
00:47Gratis, betul. Karena masuk lansia.
00:50Pak BGS saya mau mulai dulu dengan yang paling terakhir, karena Pak Menkes itu menemani Pak Presiden menerima Bill Gates.
00:59Yang ramai dicemaskan oleh publik adalah ketika dijelaskan soal ada hibah sebesar 2,6 triliun dan itu ditujukan salah satunya untuk uji coba vaksin TBC.
01:12Publik cemas dan itu tercermin di platform sosial media yang merasa bahwa publik kemudian jadi kelinci percobaan vaksin TBC yang dibuat oleh Bill Gates.
01:24Apa penjelasan Pak Menkes?
01:25Pertama saya mau sampaikan bahwa ada 2 pandemi atau 2 penyakit menular yang tadi yang membunuh banyak manusia sekarang bisa dikendalikan.
01:38Nomor 1 cacat.
01:40Kalau kita masih ingin dulu cacat itu banyak mematikan masyarakat.
01:43Itu hilang karena ditemukan vaksinnya.
01:47Jadi kalau kita ingin kecil kasih vaksin cacat.
01:49Nomor 2 yang lebih dekat itu covid.
01:52Membunuh banyak orang bisa dikendalikan begitu vaksinnya keluar.
01:57Jadi pertama saya masih menjelaskan ke publik nih.
02:00Secara evidence based, secara science, vaksin itu efektif untuk mengendalikan penyakit menular.
02:09Dengan 2 bukti tadi.
02:11Nah TBC gak banyak orang tahu itu adalah pembunuh terbanyak di dunia dan di Indonesia.
02:22Setahun tuh yang meninggal 1 juta di dunia, di Indonesia tuh 100 ribu.
02:275 menit 2 lah di Indonesia yang meninggal.
02:29Jadi kita ngobrol gini, mungkin 10-20 teman-teman kita meninggal karena TBC.
02:35Oleh karena itu vaksinnya harusnya di develop cepat.
02:40Karena ini penyakit menular sekarang yang paling banyak sesudah covid teredah.
02:44Masalahnya penyakit ini menyerang negara miskin.
02:49Atau negara yang belum kaya.
02:51Jadi negara-negara kaya gak mau menyumbangkan dananya.
02:54Itulah sebabnya kenapa ada satu institusi yang mau menyumbangkan dananya untuk meneliti vaksin ini.
03:02Sesudah ratusan ini udah ada ratusan tahun TBC ini.
03:06Nah yang mendevelop sebenarnya perusahaan farmasi.
03:09Saya lupa kalau gak salah namanya GlaxoSmithKline.
03:11Tapi karena lihat ini hanya buat negara miskin, dia gak mau terusin sendiri.
03:16Akhirnya diambil oleh Bill Gates.
03:18Karena Bill Gates menyumbangkan 9 miliar dolar setiap tahun untuk membantu negara-negara Afrika, Asia, sama sini.
03:25Nah begitu ini sudah sampai clinical trial level 3.
03:29Karena pertama ditest dulu safety-nya.
03:31Kemudian dia mau tes efficacy-nya, ampuhnya berapa banyak.
03:34Dia mau tes ampuhnya berapa banyak.
03:36Itu kan tergantung genetiknya juga, sukunya, rasnya.
03:40Jadi perlu lakukan di beberapa negara.
03:42Nah Indonesia waktu itu gak masuk.
03:45Saya datang, kenapa Indonesia jadi tertarik untuk masuk di clinical trial level 3?
03:52Ini clinical trial untuk melihat efeksi ya.
03:54Jadi safety segala macam udah selesai.
03:56Udah selesai.
03:57Karena disitu poinnya Pak Menkes.
03:59Karena yang dirasakan oleh publik adalah masyarakat Indonesia menjadi kelinci percobaan.
04:06Betul.
04:06Dan kemudian karena tidak ada transparansi, tidak ada keterlibatan publik atau ahli di sini,
04:12maka dan kemudian penerima vaksinnya adalah kelompok-kelompok rentan.
04:16Mereka hanya bisa terima cairan apa yang masuk ke tubuhnya tanpa tahu apa dampaknya bagi tubuh masyarakat Indonesia.
04:23Yang melakukan clinical trial ini adalah dua perguruan tinggi, kita kerjasama.
04:28Satu adalah UI, satu lagi UNPAD.
04:31Jadi bukan ke Menkes melakukan sendiri menteri, enggak.
04:34Yang melakukan adalah UI dan UNPAD isinya semua ahli-ahli untuk ngetes.
04:40Vaksinnya udah jadi sekarang, dites.
04:43Apakah vaksin ini efektif khususnya untuk race Indonesia?
04:46Karena saya bisa cerita nanti kalau sempat ada vaksin namanya vaksin Maria udah jadi,
04:50ternyata cocoknya untuk race Afrika, untuk race Indonesia enggak cocok.
04:55Ya tapi mengetahui cocok atau tidaknya apakah itu diuji cobakan oleh di tubuh manusia Indonesia, masyarakat Indonesia?
05:01Ini diuji coba. Saya pakainya enggak pakai istilah uji coba.
05:06Karena sebenarnya clinical trial level 3, itu yang dilakukan di Indonesia sekarang.
05:12Disuntikan ke masyarakat, dikasih tahu masyarakatnya, apa untungnya bagi mereka.
05:17Mereka bisa dapat vaksinasi ini lebih cepat.
05:23Jadi mereka pasti kalau ini efektif dan sudah terbukti safety ya, dia akan terlindungi.
05:28Yang nomor 2, semua ahli-ahli di Indonesia, utamanya di UI dan UNPAD,
05:33itu jadi paham mengenai penyakit ini dan vaksinnya lebih dulu dibandingkan negara lain.
05:39Nomor 3, kita mempersiapkan biopharma karena kita jadi side clinical trial.
05:45Kalau nanti ini sukses, biopharma bisa bikin dan puluhan juta sampai ratusan juta vaksin kita bisa develop di biopharma.
05:54Itu untungnya kalau kita berpartisipasi di dalam clinical trial ini.
05:59Bagaimana dengan anggapan bahwa ini adalah bagian dari seolah kucuran dana hibah untuk kesehatan masyarakat Indonesia,
06:07tapi sesungguhnya ini menyembunyikan kepentingan global?
06:12Justru, kalau misalnya kita diam saja, gak lakukan apa-apa,
06:19kita akan tertinggal nanti negara yang dapat clinical trial akan dapat vaksinnya duluan.
06:25Dan at the end of the day, masyarakat kita yang mati 100 ribu setiap tahun,
06:30akan menjadi prioritas berikutnya dibandingkan negara lain yang bisa mendapatkan akses vaksinnya.
06:36Karena mereka berpartisipasi duluan.
06:38Itu kejadian di banyak clinical trial vaksin lainnya.
06:42Nah itu kita gak mau, kita ngalami waktu COVID kan.
06:45Ya walaupun kita lumayan baik, tapi kan kita bukan yang pertama terlindungi.
06:49Jadi Anda ingin membantah bahwa uji coba vaksin TBC yang diberikan oleh Bill Gates,
06:56berupa dana hibah ke Indonesia, itu bukan semacam uji coba ajang klinci percobaan bagi masyarakat Indonesia?
07:04Saya kasih contoh lain yang mungkin bisa lebih menjelaskannya.
07:09Clinical trial itu banyak dilakukan.
07:13Yang paling sering sebenarnya bukan vaksin.
07:15Paling sering adalah clinical trial untuk treatment cancer.
07:20Banyak tuh.
07:22Sudah safety-nya udah jadi, mau dilihat efekasinya.
07:25Orang yang udah cancer terminal, dia tahu kan dia bakal meninggal.
07:29Nah, kalau ada akses ke clinical trial, kita berpartisipasi, itu orangnya bisa dapat gratis.
07:35Apakah ini akan 100% sukses apa enggak?
07:40Tidak.
07:41Menjamin 100%, tapi tidak akan harmful buat dia.
07:45Karena kan udah selesai di clinical trial level 1.
07:47Harmful tidak harmfulnya, udah selesai di level 1.
07:50Jadi tidak ada downside risk-nya.
07:53Hanya apakah bisa menyembuhkan atau tidak?
07:55Itu upside risk.
07:56Jadi kalau dia ternyata memang ampuh, dia selamat dan hidup.
08:00Nah, di seluruh dunia, orang-orang ini mengejar yang namanya clinical trial ini.
08:06Dia mengejar clinical trial ini supaya bisa berpartisipasi.
08:09Nah, itu yang sebenarnya saya ingin sarankan.
08:12Harusnya teman-teman kita melihat ini sebagai salah satu contoh.
08:15Oke.
08:15Pak BGS, karena ini ramai sekali setelah kunjungan Bill Gates, Pak Menkes disini menjelaskan pertama kali bahwa ini adalah satu bagian justru untuk menyelamatkan ribuan masyarakat Indonesia.
08:29100 ribu yang meninggal setiap tahun.
08:31100 ribu karena penyakit TBC.
08:33Saya mau masuk ke persoalan karena ini baru pertama kali Pak BGS hadir untuk menjelaskan kenapa judulnya adalah Awan Gelap Dunia Kedokteran.
08:42Karena dalam dua bulan terakhir ini kita mendengar satu perbuatan tidak yang dilakukan oleh dokter.
08:48Saya mulai dulu soal tersangka perigunaan UGRA.
08:53Seorang residen anestesi dari program pendidikan dokter spesialis Fakultas Kedokteran UNPAD.
09:00Dia memiliki akses obat bius, ya dokter spesialis anestesi pasti.
09:05Tapi kemudian dia memperkosa pasiennya dan keluarga korbannya.
09:09Pak Menkes, Anda selalu mengatakan ingin mentransformasi pelayanan kesehatan.
09:16Apanya yang mau transformasi kalau kelakuan dokter bisa maaf sebiadat ini?
09:22Saya pertama, ya masih lihat judulnya kan kaget juga.
09:29Tadi saya lihat, loh judulnya seperti ini.
09:31Tapi setelah saya pikir lagi, Mbak Rosi itu kalau taruh judul kan pasti mikirnya panjang gitu.
09:36Dan saya sebagai seorang manusia lihat, kalau kita malam pasti ada paginya kan.
09:42Setiap gelap pasti ada terangnya.
09:46Kita masuk terowongan, gelap pasti keluarnya terang.
09:49Jadi kalau saya melihat, Ibu Kartini aja nulis buku habis gelap terbitlah terang.
09:54Jadi saya nggak melihat bahwa gelap ini sesuatu yang harus kita takuti dan kemudian mengerikan.
09:59Sorry Pak Menkes, takut, takut dokter spesialis pemegang obat bius,
10:05menyuntikkan obat bius ke pasien dan kemudian memperkosa anggota keluarga yang memperkosa,
10:10itu awan gelap.
10:11Setuju, itu setuju.
10:12Kalau kelakuan dokter spesialis seperti ini?
10:15Maksudnya saya adalah, kita tidak bisa kemudian terus berhenti di malam hari atau di dalam terowongan.
10:24Kita harus maju merubah diri kita supaya kita masuk ke alam yang lebih terang.
10:30Nah saya ingin sampaikan begini, kejadian itu sangat menyedihkan buat saya sebagai Menteri Kesehatan.
10:38Dan saya sangat berempati kepada keluarganya.
10:41Nah, ini banyak kejadian-kejadian yang kadang-kadang kita bicara ke topiknya,
10:48tapi kita melupakan bahwa dampak ke orang yang terkenanya itu luar biasa.
10:52Nah itu yang saya bilang, oknum-oknum seperti ini, ini kita harus beresin.
10:59Kalau kita lihat satu, mungkin kejadiannya ada lebih dari ini.
11:03Lebih dari ini? Ini karena ada pengakuan.
11:06Lebih dari ini.
11:07Saya mau mengulang kembali apa yang dikatakan oleh Pak Menkes dalam rapat kerja bersama Komisi 9 kemarin, 29 April.
11:15Ini mau saya sampaikan, jadi selama ini kita melepas.
11:18Salahnya kayak Menkes, kita melepas karena kita merasa itu di luarnya kita.
11:22Kalau kita pegang itu juga sensitif.
11:24Kalau Pak Menkes atau Kementerian Kesehatan sudah tahu ada perilaku semacam ini,
11:29mengapa tidak dari sejak awal, kelakuan-kelakuan dokter seperti ini dihentikan?
11:35Pecat mereka sebagai dokter spesialis.
11:38Kita akan lakukan itu ke depan.
11:43Ke belakang yang menarik, supaya ini fair juga untuk banyak dokter-dokter yang lain.
11:47Saya lihat, dokter yang melakukan hal seperti ini ada.
11:54Apakah lebih dari satu, saya yakin lebih dari satu, karena laporan yang kita dengar itu ada beberapa.
12:02Tetapi ada juga lebih banyak dokter-dokter lain yang baik karakternya, bekerja dan baik,
12:08sekarang mereka juga jadi terkena dampaknya seperti ini dan kena stigma.
12:11Nah itu yang saya merasa kita harus fair dan adil ke mereka bilang,
12:16yang salah makanya harus kita hukum dengan tegas.
12:20Supaya jangan sampai yang salah dan yang baik itu dianggap menjadi satu bentuk.
12:26Kemudian publik bilang semuanya kayak begitu.
12:28Itu sebabnya saya menghibur juga ke dalam.
12:30Jangan kita biarkan.
12:32Masalah buat saya dulu adalah, Mbak Rosi ya,
12:35selama dokter itu jadi pendidikan,
12:38itu ada dualisme yang saya harus bereskan.
12:41Dualisme di pendidikan.
12:43Jadi maksudnya gini, ini dokter ini emang pada dasarnya sakit jiwa,
12:47atau karena pendidikan di kedokteran jadi kayak gini?
12:50Bukan. Saya merasa itu tanggung jawab saya.
12:52Cuma masalahnya begini,
12:53dokter itu, itu adalah peserta didik dari kementerian yang lain.
12:59Dia bukan pegawai dari rumah sakitnya.
13:03Jadi ada dua kementerian yang memegang ini.
13:05Nomor dua, padahal dia bekerja di rumah sakit yang dibawa saya,
13:10dan dia juga ketemu dengan pasien yang merupakan pasien saya.
13:16Jadi suatu saat kalau saya ngambil yang terlampau jauh,
13:19saya tuh overrule my jurisdiction.
13:22Dan saya pernah melakukan itu,
13:24dan saya diberitahu bahwa itu bukan jurisdiksi saya.
13:28Jadi saya riverbank.
13:29Tapi setelah ini kejadian ini,
13:31saya sadar, dan saya duduk sama Kementerian Dikti,
13:34Mas Brian, sama-sama kan Al-Uni Tb.
13:36Kita tuh gak bisa begini,
13:37karena kalau kita sungkan-sungkan,
13:39ewuh, pakai ewuh masing-masing,
13:40gading terus.
13:41Jadi saya menangkap kesan Pak Menkes sebenarnya tahu,
13:44tetapi mau melakukan sesuatu karena ini dihalangi oleh...
13:48Saya gak bilang dihalangi.
13:48Ini jadi kemudian semukan.
13:50Saya pernah kan dulu kan,
13:51begitu ada kompas kan keluarin kan,
13:53ada masalah kejiwaan.
13:55Ya.
13:55Saya mau survei.
13:57Oh, saya sempat di Tenggur.
13:59Pak, itu Bapak mau survei kejiwaan,
14:01itu bukan orang Bapak.
14:03Apa haknya Bapak survei dia?
14:04Saya dapat formal komplain.
14:07Nah, saya bilang, oke.
14:09Kalau bukannya orang Bapak,
14:10berarti orang yang dimaksud...
14:12Dia adalah peserta didik dari FK,
14:13bukan orangnya...
14:14Oh, dari fakultas ke dokteran.
14:15Jadi kalau saya melakukan sesuatu ke mereka,
14:17itu intervensi dari...
14:19Saya terlalu mengintervensi ranahnya orang lain.
14:24Tapi begitu kejadian seperti ini kan,
14:26yang masalah jadi masyarakat.
14:27Kita ngomong-ngomong intervensi kan,
14:28urusan saya sama Pak Brian sebenarnya.
14:30Pak Brian saya ngomong,
14:31udahlah, Pak, yuk kita bersih sama-sama nih.
14:33Kalau kita sama-sama saling sungkan,
14:35sama-sama saling nunggu,
14:36yang kejadiannya masyarakatnya kena kan.
14:38Jadi kita berinisiatif.
14:39Udah lah Pak Brian, kita duduk bareng.
14:40Itu sebabnya kemudian kita masuk bareng,
14:43dan yang bersangkutan,
14:44kemudian kita cabut izinnya,
14:46dan nggak boleh praktek lagi.
14:47Kami kembali sesaat lagi.