JAKARTA, KOMPAS.TV - Di balik suasana Hari Pendidikan, ironinya masih banyak warga yang ijazahnya masih ditahan sekolah. Akibatnya, tak hanya kesulitan melanjutkan ke pendidikan tinggi, tapi juga mencari pekerjaan layak.
Sudah enam tahun, ijazahnya di tingkat SMK ditahan sekolah karena menunggak biaya pendidikan. Demi menebus ijazah, ia harus menyiapkan uang hampir Rp3 juta.
Angka ini berat bagi Lucky dan keluarga, sebab ibunya yang menjadi tulang punggung keluarga hanya menerima upah Rp1 juta sebagai pekerja rumah tangga.
Guna menyelesaikan ijazah yang ditahan sekolah, Pemerintah Provinsi Jakarta membuat program pemutihan ijazah.
Program ini jadi bantuan bagi siswa kurang mampu yang belum mengantongi ijazah meski telah lulus bertahun-tahun.
Tahap kedua penyerahan ijazah kepada warga tersebut berlangsung pada peringatan Hari Pendidikan 2 Mei lalu.
Hingga 2 Mei lalu, Pemprov Jakarta telah menyerahkan 448 ijazah kepada warga Jakarta untuk tahap pertama dan kedua program pemutihan ijazah, dengan anggaran Rp1,69 miliar.
Meski demikian, Pemprov Jakarta mengakui masih ada lebih dari 6.600 ijazah yang masih ditahan sekolah.
Untuk menebusnya, Pemprov menyiapkan dana Rp34,7 miliar.
Program pemutihan ijazah jadi harapan bagi warga kurang mampu untuk lebih lancar melanjutkan pendidikan tinggi.
Ijazah pun jadi salah satu bekal utama bagi warga yang ingin mencari pekerjaan layak untuk masa depan mereka.
#pemutihan #ijazah #jakarta
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/regional/591097/pemprov-jakarta-luncurkan-program-pemutihan-ijazah-gubernur-pramono-bantu-siswa-tak-mampu-tebus
Sudah enam tahun, ijazahnya di tingkat SMK ditahan sekolah karena menunggak biaya pendidikan. Demi menebus ijazah, ia harus menyiapkan uang hampir Rp3 juta.
Angka ini berat bagi Lucky dan keluarga, sebab ibunya yang menjadi tulang punggung keluarga hanya menerima upah Rp1 juta sebagai pekerja rumah tangga.
Guna menyelesaikan ijazah yang ditahan sekolah, Pemerintah Provinsi Jakarta membuat program pemutihan ijazah.
Program ini jadi bantuan bagi siswa kurang mampu yang belum mengantongi ijazah meski telah lulus bertahun-tahun.
Tahap kedua penyerahan ijazah kepada warga tersebut berlangsung pada peringatan Hari Pendidikan 2 Mei lalu.
Hingga 2 Mei lalu, Pemprov Jakarta telah menyerahkan 448 ijazah kepada warga Jakarta untuk tahap pertama dan kedua program pemutihan ijazah, dengan anggaran Rp1,69 miliar.
Meski demikian, Pemprov Jakarta mengakui masih ada lebih dari 6.600 ijazah yang masih ditahan sekolah.
Untuk menebusnya, Pemprov menyiapkan dana Rp34,7 miliar.
Program pemutihan ijazah jadi harapan bagi warga kurang mampu untuk lebih lancar melanjutkan pendidikan tinggi.
Ijazah pun jadi salah satu bekal utama bagi warga yang ingin mencari pekerjaan layak untuk masa depan mereka.
#pemutihan #ijazah #jakarta
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/regional/591097/pemprov-jakarta-luncurkan-program-pemutihan-ijazah-gubernur-pramono-bantu-siswa-tak-mampu-tebus
Kategori
🗞
BeritaTranskrip
00:00Saudara di balik ke suasana hari pendidikan, ironinya masih banyak warga yang ijasahnya masih ditahan sekolah.
00:07Akibatnya tak hanya kesulitan melanjutkan ke pendidikan tinggi, tapi juga mencari pekerjaan layak.
00:16Bertahun-tahun, Luki Muhammad Reza, lulusan SMK di Jakarta, Luntang Lantung, tak bisa melanjutkan pendidikan tinggi, pun mendapatkan pekerjaan layak.
00:26Sudah enam tahun, ijasahnya di tingkat SMK ditahan sekolah karena menunggak biaya pendidikan.
00:33Demi menebus ijasa, ia harus menyiapkan uang hampir 3 juta rupiah.
00:37Angka ini berat bagi Luki dan keluarga, sebab ibunya yang menjadi tulang punggung keluarga hanya menerima upah 1 juta rupiah sebagai pekerja rumah tangga.
00:46Pada saat ibu saya mengajukan ke sekolah, untuk meringankan pembayaran ijasa tersebut itu tidak bisa dari sekolahnya.
00:55Nah, dikarenakan dari sekolah itu tetap harus membayarkan iuran yang masih nunggak itu.
01:01Selama ini, Luki terus berupaya melamar pekerjaan demi mengumpulkan uang, menyicil ijasa, berbekal ijasa versi digital yang dilegalisir.
01:11Tapi, tak banyak perusahaan yang mau merekrut lulusan SMK tanpa mengantongi ijasa asli.
01:18Ia sebenarnya sempat bekerja di suatu perusahaan ekspedisi, tapi upah untuk menyicil ijasa masih tak mencukupi.
01:25Nah, pada saat bekerja itu kan, saya itu kan gajinya, maksud saya itu di bawah, di bawah UMP.
01:30Bahkan, angkanya itu cuma buat kebutuhan saya di rumah, kayak jajan sehari-hari saya.
01:36Jadi, nggak cukup untuk membayar angsuran dari iuran tersebut.
01:41Saya juga mempunyai motivasi yang sangat tinggi untuk terus maju dan berkembang.
01:44Salah satunya dari pendidikan, karena kan dari keluarga saya, hanya saya yang sekolahnya tinggi itu pun SMK.
01:52Luki Muhammad Reza berharap uluran tangan pemerintah untuk membantunya menebus ijasa SMK.
02:00Guna menyelesaikan ijasa yang ditahan sekolah, pemerintah Provinsi Jakarta membuat program pemutihan ijasa.
02:08Program ini jadi bantuan bagi siswa kurang mampu yang belum mengantongi ijasa meski telah lulus bertahun-tahun.
02:15Tahap kedua penyerahan ijasa kepada warga tersebut berlangsung pada peringatan hari pendidikan 2 Mei lalu.
02:21Ada yang 3 tahun, ada yang 5 tahun, jumlahnya ada yang 15, ada yang 17 juta.
02:27Jadi, intinya ijasa ini tidak diambil karena mereka tidak mampu.
02:33Sehingga dengan demikian, pemerintah dalam hal ini harus hadir dan kami bersyukur
02:37Basnas Basis membantu ini bersama dengan Dinas Pendidikan dan juga pemerintah DKI Jakarta.
02:45Hingga 2 Mei lalu, pemerintah Provinsi Jakarta telah menyerahkan 448 ijasa kepada warga Jakarta untuk tahap pertama dan kedua.
02:55Program pemutihan ijasa dengan anggaran 1,69 miliar rupiah.
03:00Meski demikian, pemerintah Provinsi Jakarta mengakui masih ada lebih dari 6.600 ijasa yang masih ditahan sekolah.
03:07Untuk menebusnya, Pemprov menyiapkan dana 34,7 miliar rupiah.
03:13Program pemutihan ijasa jadi harapan bagi warga kurang mampu untuk lebih lancar melanjutkan pendidikan tinggi.
03:21Ijasa pun menjadi salah satu bekal utama bagi warga yang ingin mencari pekerjaan layak untuk masa depan mereka.
03:27Tim Liputan, Kompas TV