Lewati ke pemutarLewatkan ke konten utamaLewati ke footer
  • hari ini
JAKARTA, KOMPASTV - Pakar Etika Politik Dr. Haryatmoko, S.J menilai ada pemilihan waktu yang kurang tepat usai Presiden ke-7 RI, Joko Widodo bertemu dengan Serdik Sespimmen Polri Pendidikan Reguler (Dikres) ke-65 di kediamannya di Solo.

Haryatmoko berpendapat ada baiknya memilih waktu kunjungan jauh dari masa pemilu dan isu parcok yang sempat mengemuka.

"Dari sisi Waktu, konteks sebetulnya merugikan Polri, karena suasana pasca pemilu. Karena sempat muncul parcok," kata Pakar Etika Politik Dr. Haryatmoko, S.J di acara ROSI, Kamis (24/4/2025).

Untuk itu Haryatmoko menilai tidak ada yang perlu ditutupi terkait pertemuan tersebut, hanya saja pemilihan waktu yang kurang tepat.

"Terbuka saja tapi waktunya milihnya itu, supaya tidak terkesan aparat penegak hukum tidak terlalu dekat eksekutif," jelasnya.

Produser: Yuilyana

Thumbnail Editor: Agung

#sespimmenpolri #jokowi #etikapolitik

Baca Juga Cara Download Sertifikat Seleksi Kompetensi PPPK 2024 Tahap 2 di https://www.kompas.tv/lifestyle/589193/cara-download-sertifikat-seleksi-kompetensi-pppk-2024-tahap-2





Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/talkshow/589198/pendapat-pakar-etika-politik-usai-kunjungan-sespimmen-polri-ke-jokowi-rosi
Transkrip
00:00Terima kasih Anda masih di Rosi. Sikap Presiden ketujuh Pak Jokowi menerima kunjungan peserta didik ses Pimen Polri di rumah pribadinya di Solo menimbulkan perdebatan soal etika seorang mantan kepala negara.
00:16Saya masih bersama Romo Haryatmoko yang banyak menyumbangkan pemikiran kritisnya dalam bidang filsafat dan etika politik.
00:24Romo, saya mau memutar ulang apa yang dikatakan oleh Pak SBY waktu itu kalau tidak salah bulan September 2024.
00:38Kata matahari kembar itu di ucapkan pertama kali oleh Presiden ke-6 Pak SBY. Ini dia.
00:46Bayang ada di alam semesta. Di alam ini hanya ada satu matahari. Tidak ada lagi.
00:58Akankah jauh dalam sebuah negara, dalam sebuah inti, termasuk pada politik, kalau mataharinya banyak bisa dibayangkan.
01:09Makin panas sekarang matahari sudah, satu sudah panas, lalu ada dua, ada tiga bagaimana?
01:19Ya, Romo. Waktu itu memang sedang berbicara soal internal partai.
01:28Maka yang lebih banyak maju adalah Mas Ahaye.
01:31Pak SBY ingin menekankan bahwa ia tahu diri sebagai mantan ketua umum, maka biarlah ketua umum Mas Ahaye yang lebih banyak di depan.
01:43Jadi tidak boleh ada dua matahari kembar.
01:45Sebenarnya bagaimana Romo menangkap kalimat ini?
01:49Hanya pure untuk menginformasikan kepada kader demokrat?
01:52Atau sejatinya Pak SBY sedang memberikan alarm tentang sesuatu, tentang kepemimpinan yang bermatahari kembar?
02:07Ya, kalau perubahan dari Pak SBY ke Pak Jokowi itu kan keterputusannya jelas ya.
02:12Lalu transisinya jelas, bahwa ada politik yang berbeda.
02:16Itu menjadi jelas.
02:17Nah, saya kira peringatan dari Pak SBY ini harus kita tanggapi begini ya.
02:24Kalau tadi Pak Rusi menanyakan tentang kunjungan sespimen itu ya.
02:27Pertama kita harus melihat, dari antara sespimen itu ternyata ada,
02:31kalau ada yang kenal secara pribadi dengan Pak Jokowi, di antara anggota sespimen itu.
02:37Terus yang kedua adalah, kita harus gini loh.
02:42Kembali lagi ke soal konteks waktu.
02:44Waktunya kan sebetulnya tidak tepat sekarang ini.
02:46Sorry Romo, kalau jadi saya kembali sebelum kita masuk ke sespimen,
02:51maksudnya artinya Pak SBY itu bahkan tahun lalu ini belum melantikan Presiden.
02:55Karena bagaimanapun juga Presiden Pak SBY itu dikenal sebagai seorang yang cerdas.
03:02Dua kali, dua periode juga sebagai seorang Presiden.
03:06Ya nggak, ini sebuah analogi yang menurut dia juga ya pasti memiliki sens sesuatu.
03:13Ketika ia mengucapkan ini.
03:16Dan itulah, apakah itu juga yang sebenarnya sedang terjadi saat ini?
03:21Ya, saya kira juga, saya melihatnya begini ya.
03:24Secara etis, dan mungkin Pak SBY juga mengalaminya,
03:31setiap tindakan yang dapat menimbulkan kesan politisasi lembaga penegak hukum,
03:38itu akan harus dihindari.
03:39Dengan kata lain, kalau Pak SBY kan jelas ya keterputusannya dengan pemerintah yang sebelumnya.
03:49Nah sekarang itu kan kelanjutan, kalau di dalam program dekatan akan melanjutkan pemerintah sebelumnya.
03:56Masalah transisi, masalah birokrasinya, itu kan birokrasi yang tinggalan dari Pak Jokowi.
04:08Jadi mungkin juga kekhawatiran Pak SBY itu masuk akal juga.
04:12Kalau dari sisi kunjungan resmi men itu, lalu saya kaitkan dengan jangan sampai
04:17netralitas porli itu jangan sampai dikaitkan dengan ini.
04:22Dikaitkan dengan secara etis, adanya kedekatan penegak hukum terlalu dekat seperti ini,
04:30ini bisa ditafsirkan macam-macam.
04:32Bisa ditafsirkan macam-macam.
04:34Romo kan juga pengajar ya?
04:36Ya saya yang mengajar di PT IKA juga.
04:38PT IKA juga.
04:39Nah, apakah praktek seperti ini wajar?
04:44Karena sebenarnya wajar sih.
04:47Apalagi kalau ketika disebutkan oleh Patun Pogjar Dua Serdik Sespimen Kombes Deni,
04:55yang mengatakan bersilah turahmi dengan Bapak Jokowi sekaligus meminta masukan untuk perkembangan ke depannya.
05:02Jadi ya wajar.
05:02Junior-junior ini datang ke seorang mantan presiden.
05:07Kalau dilihat dari sisi masalah untuk belajar sesuatu, pengalaman,
05:13orang datang kepada orang yang punya pengalaman politik,
05:17punya pengalaman bagaimana teman-teman negara masuk akal.
05:19Tapi sekali lagi, apakah pilihan waktunya tepat?
05:25Dan yang kedua, jangan sampai ini ditafsirkan, ketakutan akan ditafsirkan,
05:32sebagai bentuk kedekatan gitu loh.
05:35Apalagi kan, maaf ya, kita semua sudah mendengar waktu lalu ini, masa pemilih ini,
05:41Polri kan dikritik, banyak dikritik, bahkan sampai keluar istilah maaf ya, parcok, segala itu kan.
05:47Jangan sampai hal ini menjadi semacam konfirmasi atas kecurigaan orang atau konfirmasi atas apa yang orang katakan tentang Polri.
05:57Jadi hal ini mungkin yang harus dihindari sebetulnya oleh Polri.
06:00Saya juga sering kalau mengajar, saya sering mengatakan yang paling berat bagi penegak hukum itu adalah masalah netralitas.
06:08Terutama bukan netralitas, kalau netralitas dengan yang berperkara itu oke ya, sering-sering masih bisa dilakluk.
06:16Netralitas dalam sisi politik itu yang berat.
06:19Dan semua saya kira mengalami netralitas itu, ya, dalam hal ini.
06:23Bagaimana menghadapi netralitas politik, kadang-kadang juga bukan hanya ini, campur tangan politik bisa mempengaruhi juga di dalam masalah-masalah yang sedang ditangani.
06:33Menurut Romo kunjungan seperti ini etis tidak?
06:36Kalau dari sisi waktu, konteks, sebetulnya merugikan Polri.
06:42Karena masih dalam suasana pasca pemilu, di mana orang masih mempunyai kesan yang, apa ya, istilah maaf ya munculnya partai parcok gitu loh.
06:53Justru merugikan Polri.
06:55Merugikan Polri.
06:56Tidak heran postingan soal foto kunjungan itu rasanya sekarang udah di-take down dari social media, jadi tidak terpublikasi lagi.
07:07Jadi maksudnya baik, tujuannya baik untuk belajar sesuatu oke lah, tetapi dari sisi konteks politik sekarang pasca pemilu sebetulnya kurang tepat.
07:15Cuma saya berusaha coba memberikan ruang bagi mereka yang datang gitu ya, saya membayangkan karena kan ada Kompol Sarif kalau tidak salah namanya yang menjadi ajudan Pak Jokowi di Solo saat ini.
07:29Dan ini adalah teman-teman angkatannya.
07:32Dan bisa saja saya coba berimajinasi, yuk kita datang yuk kita bertemu dengan Pak Jokowi.
07:38Dan pasti temannya siapa sih yang gak mau ketemu mantan presiden Romomoko.
07:42Jadi kasian juga kalau junior-junior ini kemudian datang hanya karena diajak dan kemudian mau gitu.
07:51Apalagi menemui mantan presiden.
07:53Dan kemudian kunjungan ini dianggap merugikan Polri.
07:57Karena ya jangan sampai kemudian malah karir mereka jadi terhambat di kemudian hari.
08:03Kalau menurut saya ini yang namanya pendidikan politik sejak muda ya.
08:10Termasuk sejak dalam pendidikan di Sespimen ini.
08:14Orang lalu akan sadar bahwa jabatan-jabatan tertentu itu bukan lagi masalah karir.
08:21Jabatan tertentu itu adalah masalah politik.
08:23Sudah dikaitkan dengan politik.
08:25Nah itu loh yang saya pikir harus mulai pekah juga dalam hal itu memilah itu.
08:29Ya nanti di level bahkan di level di bupati dengan wali kota dan sebagainya.
08:38Kalau mereka nanti menjadi kapolres dan sebagainya itu hal-hal seperti itu.
08:42Yang namanya politik itu politik simbolik itu hal seperti itu menjadi pekah.
08:48Dan bisa jadi serba salah ya.
08:49Karena ketika mereka kemudian cepat dipromosikan nanti bisa keluar lagi fotonya.
08:54Oh pantas aja cepat dipromosikan karena yang waktu itu ke sumber atau ke rumahnya Pak Jokowi.
09:01Atau ya bisa sebaliknya.
09:03Jadi memang ini sebuah kunjungan yang memang justru menimbulkan kolom.
09:08Karena kan Polri sedang mempromosikan suatu kenaikan jenjang karir itu by merit gitu loh.
09:14Jangan sampai hal-hal yang seperti ini lalu malah seperti menudai gitu loh.
09:19Komisi 3 dari Nasdem itu mengatakan bahwa tidak ada yang salah dengan kunjungan SES PIMEN ini.
09:26Yang salah adalah kenapa harus terbuka dan kenapa harus diposting.
09:33Menurut Romo memang gak ada yang salah hanya karena dia terbuka dan diposting di social media.
09:41Atau secara utuh pertemuan itu mau tertutup kek, mau terbuka kek, ya sesuatu yang tidak etis.
09:50Kalau saya terbuka saja tetapi waktunya milihnya itu loh.
09:55Ya supaya tidak memberi kesan bahwa aparat penegak hukum itu ada kedegatan terlalu dengan eksekutif.
10:03Jangan sampai nanti ya yang saya coba saya analisis dalam di Kompas itu apa yang disebut legalisme otokratis itu lalu jalan itu.
10:14Istilahnya itu apa ya aparat yudikatif dan juga masalah saya penegak hukum itu lalu seakan-akan kesan-kesannya menjadi alat eksekutif gitu loh.
10:26Harusnya itu harus dihindari.
10:29Secara etika jangan sampai, saya hanya mengatakan loh kan tidak ada apa-apa.
10:35Jangan bahkan memberi kesan pun kalau dalam politik itu terkait masuk dalam politik simbolik.
10:41Dan secara etika orang akan memberikan loh kalau ada perkara-perkara lalu kita loh bener kan.
10:47Mengapa aparat penegak hukum bisa digunakan oleh kesekutif.
10:50Jangan sampai itu terjadi gitu loh.
10:52Romo kita akan masuk lagi karena ini ada soal sespimen yang datang ke Solo tapi juga ada purnawirawan TNI yang bersuara tentang keprihatinan mereka tapi sekaligus juga dianggap sungguh keras.
11:11Kami kembali saat lagi.
11:22Kami kembali saat lagi.

Dianjurkan