Lewati ke pemutarLewatkan ke konten utamaLewati ke footer
  • kemarin dulu
JAKARTA, KOMPAS.TV - Kasus dugaan pelecehan seksual oleh oknum dokter menyita perhatian publik.

Mulai dari kasus dokter PPDS anastesi yang melakukan pelecehan seksual kepada keluarga pasien.

Kemudian heboh rekaman CCTV seorang dokter spesialis kandungan di Garut yang melecehkan pasiennya saat melakukan USG.

Rekaman ini pertama kali dibagikan oleh drg. Mirza Mangku Anom, seorang dokter spesialis konservasi gigi, melalui akun Instagram pribadinya.

Kasus terbaru, dokter di salah satu rumah sakit di Malang juga melecehkan pasiennya. Tentu hal ini mencoreng nama baik dunia medis dan membuat masyarakat sulit percaya kepada tenaga medis.

Lalu bagaimana membangun kepercayaan kembali masyarakat? Bagaimana seharusnya tenaga medis bersikap dan tetap profesional?

Simak wawancara bersama drg. Mirza Mangku Anom selaku dokter spesialis konservasi gigi berikut ini.

Eksekutif Produser: Sadryna Evanalia
Produser: Dian Septina
Content Creator: Shinta Millenia
Video Editor: Agung Ramdani

#doktermirza #dokterlecehkanpasien #pelecehanseksual

Baca Juga Riuh Tepuk Tangan saat Menag Nasaruddin Peluk Kardinal Suharyo di https://www.kompas.tv/nasional/589179/riuh-tepuk-tangan-saat-menag-nasaruddin-peluk-kardinal-suharyo



Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/video/589183/full-drg-mirza-cerita-alasan-viralkan-kasus-pelecehan-seksual-hingga-bahas-etika-profesi
Transkrip
00:00Seorang dokter residen Anastasi di Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung, Jawa Barat
00:05ditetapkan sebagai tersangka oleh polisi atas kasus pemerkosaan terhadap keluarga seorang pasien.
00:11Dokter kandungan Syafril Firdaus ditetapkan sebagai tersangka pelecehan seksual seorang pasien.
00:17Di Malang, Jawa Timur, polisi menerima laporan dugaan pelecehan dokter IGD di Rumah Sakit Persadokota Malang.
00:23Polisi mengimbau jika ada korban lain untuk melapor.
00:26Belakangan ini, publik digegerkan oleh sederet kasus dugaan pelecehan seksual yang dilakukan oleh Oknum Dokter.
00:35Mulai dari kasus dokter PPDS di Bandung yang diduga melakukan pelecehan seksual kepada keluarga pasien.
00:42Kemudian kasus dokter kandungan di Garut yang diduga juga melecehkan pasiennya saat melakukan USG.
00:48Dan yang terbaru, baru saja mencuat terkait kasus dokter di salah satu rumah sakit di Malang yang diduga melecehkan pasiennya.
00:56Tentu hal ini mencoreng nama baik dunia medis dan membuat masyarakat sulit percaya kepada tenaga medis.
01:03Lalu bagaimana membangun kepercayaan kembali masyarakat dan bagaimana seharusnya tenaga medis bersikap dan tetap profesional.
01:10Mari kita bahas bersama dokter spesialis konservasi gigi, dokter Mirza Mangkonom.
01:15Selamat sore dokter.
01:17Selamat sore.
01:18Oke dokter, tadi saya sudah menyebutkan beberapa kasus yang sekarang lagi menggemparkan publik ya dok ya.
01:27Terkait kasus kekerasan seksual, pelecehan seksual yang melibatkan tenaga medis.
01:33Nah kemudian dokter ini kan memviralkan dan menyuarakan tentang kasus-kasus ini kan dok.
01:43Boleh gak dok diceritakan apa yang membuat dokter ini tergerak untuk menyuarakan kasus-kasus seperti ini di media sosial dok?
01:50Ya, jadi sebenarnya saya melakukan seperti ini bukan akhir-akhir ini aja gitu.
01:57Tapi sudah konsisten sejak dulu dan tidak terkhusus untuk di bidang profesi kesehatan.
02:04Intinya isu-isu sosial itu sering saya bahas di platform sosial media saya, Instagram gitu ya.
02:11Ada juga ya lucu-lucuan gitu ya.
02:14Intinya sosmed itu saya jadikan untuk tempat berbagi manfaat, berbagi informasi, hiburan juga gitu ya.
02:23Nah kemudian yang membuat saya tergerak akhir-akhir ini adalah, terutama untuk kasus-kasus yang terakhir ini adalah
02:29karena saya lihat kasusnya ini sudah, bagi saya ini meresahkan.
02:36Meresahkan karena mencoreng maruah dunia kedokteran di Indonesia.
02:42Karena pelaku ini, sikap atau bukan sikap ya, perbuatan si oknum-oknum pelaku ini,
02:49ini tidak merepresentasikan dokter di Indonesia atau di seluruh dunia.
02:55Seharusnya tidak seperti ini gitu.
02:56Nah saya berpikir bahwa ini sudah sangat meresahkan.
02:59Apalagi dua kasus pertama, yaitu yang di RSS itu dan juga di Garut ya.
03:06Ini luar biasa karena menurut saya sudah sangat, apa ya, maaf ya, agak kasar, sudah sangat biadab ini.
03:16Jadi sudah sangat keterlaluan sehingga saya menceritakan.
03:20Nah awalnya itu saya dapat informasi dari salah satu account ya, mereka posting, lalu saya repost,
03:28dan kemudian teman-teman saya di Instagram ini kan memang sudah lama kita berinteraksi, saling follow, dan lain sebagainya.
03:36Nah ini saya mendapatkan informasi terkait info yang lebih dalam, lebih spesifik.
03:42Lalu saya posting, dan kemudian akhirnya diketahui, tentu dengan bantuan teman-teman dan pihak-pihak terkait,
03:51ini terus tersebar luas dan akhirnya diketahui dan juga diproses secara hukum dan juga secara akademis.
04:00Oke, jadi dokter ini sebenarnya sudah menyuarakan tentang aksi pelecehan seksual dari jauh-jauh hari ya?
04:08Memang sudah dari dulu ya dokter?
04:09Sebenarnya nggak spesifik ke pelecehan seksual, tapi semua kasus sosial apa gitu ya.
04:15Oh iya, iya.
04:16Yang menurut saya ini kayaknya sudah berlebihan atau keterlaluan atau perlu dibahas.
04:22Saya sering posting dan teman-teman saya di Instagram, followers itu menyebut diri mereka itu pas geden, pasukan geger geden.
04:32Oh pasukan geger geden gitu ya dok ya.
04:34Jadi yang memberikan nama bukan saya, tapi mereka sendiri gitu ya.
04:37Dan setiap ada yang saya share itu mereka repost, mereka share dan lain sebagainya.
04:44Jadi kebetulan pas kasus ini diripost dan kemudian teman-teman dari media itu melihat ini dan akhirnya kasusnya menjadi konsumsi nasional ya.
04:57Dan Alhamdulillah karena akhirnya ada penyelesaian yang lebih bagus.
05:01Dan diusut ya.
05:01Tapi memang di arah saat ini kalau misalkan tidak viral dulu tuh kadang tidak digubri sih gitu ya dok ya.
05:08Untuk kasus-kasus yang menyimpang gitu.
05:10Oke.
05:12Karena tadi dokter juga sudah menyebutkan banyak korban yang mengirimkan direct message ya.
05:18DM melalui Instagram gitu ya dok ya.
05:20Sebenarnya apa yang biasanya mereka ini ceritakan gitu, mereka ungkapkan.
05:26Karena kan mungkin yang dokter pos atau yang mungkin dokter share di story itu kan hanya sepersekian dari banyaknya DM yang masuk kan ya dok.
05:36Iya. Jadi kalau akhir-akhir ini ya.
05:40Kalau akhir-akhir ini tentu karena pembahasannya sedang pelecehan seksual ya otomatis banyak yang masuk adalah pengalaman mereka.
05:52Entah temannya, entah mereka sendiri atau saudaranya atau kerabatnya yang mengalami pelecehan seksual.
06:00Jadi mayoritasnya tentang itu akhir-akhir ini.
06:03Tapi dari beberapa yang mendem dokter ini, kan tadi kita sudah membahas tiga kasus ya dari dokter yang di Bandung, RSHS.
06:14Kemudian juga ada dokter yang di Garut.
06:16Dan yang terakhir di Malang.
06:18Ada nggak dok korban baru atau yang mungkin dia baru mengungkapkan bahwa ada dokter lain mungkin di daerah lain
06:26atau di luar dari tiga kasus itu yang mencoba untuk mengungkapkan dan menceritakan dia adalah seorang korban gitu kepada dokter?
06:37Banyak ya.
06:38Jadi kasus-kasus yang masuk itu mungkin setiap menit itu banyak.
06:42Bukan kasus ya, cerita.
06:44Cerita yang masuk itu banyak.
06:45Karena kan saya bukan lembaga resmi untuk menerima laporan ini sebenarnya ya.
06:49Karena kan aduan ini harusnya lembaga yang resmi adalah ya aparat penegak hukum gitu.
06:55Nah, cerita-cerita yang masuk banyak.
06:57Banyak banget.
06:58Tentu saya nggak bisa share semua.
07:01Dan tidak bisa saat ada DM masuk langsung saya baca itu sekarang susah karena tertumpuk-tumpuk.
07:09Nah, banyak.
07:10Tentu bagi saya saat ini ya konsernya adalah pelanggaran atau pelecehan seksual yang melibatkan etika profesi.
07:19Itu konsern saya saat ini.
07:21Jadi artinya yang dilakukan oleh oknum, tenaga kesehatan ataupun tenaga medis saat mereka melakukan tugas profesinya.
07:30Dan itu bagi saya ini perlu untuk diketahui agar menjadi pelajaran juga buat teman-teman yang lainnya untuk jangan pernah sekali-sekali berpikiran bisa melakukan itu.
07:44Karena itu tidak akan pernah terjadi.
07:46Oke.
07:46Oke, tadi dokter juga menyebutkan tentang etika profesional sebagai tenaga medis atau tenaga kesehatan.
07:53Tapi sebelum masuk ke pembahasan itu, dok, pernah nggak dokter ini mengalami tekanan atau intimidasi setelah memviralkan kasus-kasus tersebut, dok?
08:05Oke.
08:07Kalau intimidasi dalam artian saya diancam, terancam jiwa dan raga, saya rasa tidak ada.
08:15Atau mungkin tidak terbaca juga bisa, tapi setahu saya yang saya ketahui tidak ada.
08:20Tapi namanya pro dan kontra, itu kan wajar ya.
08:24Jadi memang selalu ada aja pro dan kontra.
08:27Tapi bagi saya perbedaan atau kontra itu adalah suatu hal yang lumrah, apalagi di negara kita, negara demokrasi, itu silahkan aja.
08:35Cuman yang menjadi tidak boleh adalah kalau kontra, namun mencoba melakukan, tanda kutip, pembungkaman.
08:43Nah ini yang tidak boleh terjadi.
08:45Dan kalau itu terjadi, tentu saya akan suarakan itu.
08:48Karena kita di negara yang bebas berpendapat ya dok ya.
08:52Betul.
08:53Jadi bebas aja, kalau mau kontra itu silahkan gitu ya.
08:57Dan saya tidak menutup, misalkan ada yang kontra, lalu saya tidak bales.
09:02Tidak, nggak, saya bales gitu.
09:04Artinya, apa sih saya pengen tahu sudut pandang dari orang lain itu seperti apa gitu ya.
09:09Dan itu menurut saya wajar ya, nggak apa-apa ya, kontra itu kan boleh.
09:13Dan saya juga kontra untuk beberapa pendapat orang itu menurut saya juga bukan berarti saya tidak suka secara personality atau tidak senang, atau jahat, nggak.
09:24Kontra dalam argumen itu kan yang wajar banget gitu.
09:28Iya, betul.
09:29Oke, tadi kan kita juga sudah membahas soal etika profesi ya sebagai dokter.
09:36Sebenarnya bagaimana ya dok ya, seharusnya tenaga medis, tenaga kesehatan ini bersikap agar bisa menjaga kepercayaan pasien dan tetap profesional gitu dalam menjalankan tugasnya.
09:46Khususnya dalam kasus-kasus seperti ini, seperti kita sebagai perempuan yang membutuhkan ruang yang aman ya dok ya.
09:53Karena ya itu, karena kasus-kasus yang mencuat tadi, kita sebagai wanita ini jadi lebih sempit lagi gitu ruang aman dalam pemeriksaan, dalam lingkup kesehatan seperti ya dok.
10:09Seperti itu.
10:09Iya, jadi kita harus sepakat dan pahami bersama bahwa pelecehan seksual itu tidak hanya dialami atau korbannya tidak selalu wanita.
10:19Tapi laki-laki itu juga bisa mengalami pelecehan seksual.
10:22Memang mayoritas atau banyak kasusnya itu korbannya adalah wanita dan pelakunya adalah laki-laki.
10:29Tapi kan kita tidak bisa menjadikan itu seolah-olah pasti dilakukan oleh laki-laki dan dikorbannya oleh wanita.
10:36Nah, tentu kita atau siapapun yang menjadi pasien itu nggak boleh takut ya.
10:42Dan nggak boleh was-was untuk periksa ke dokter, ke klinik, ke rumah sakit, ke praktek pribadi, atau ke atmoskesmas, atau fasilitas kesehatan yang lain deh.
10:52Karena seharusnya fasilitas kesehatan itu adalah zona aman untuk pasien dan keluarga pasien.
10:59Jadi harusnya ini kejadian ini harusnya tidak ada, yang sebenarnya itu tidak ada.
11:04Sehingga kelakuan oknum-oknum ini tidak bisa kita jadikan apa ya, kita generalisir bahwa nanti jangan-jangan dokternya begini juga nih.
11:15Nanti dokternya begini juga gitu.
11:17Karena hanya oknum ya dok ya.
11:19Tapi namanya takut itu wajar ya.
11:22Karena kasusnya kan dar-der-dor banget nih.
11:24Betul.
11:25Jadi itu wajar gitu.
11:28Tapi teman-teman jangan takut.
11:31Karena dokter di Indonesia khususnya itu mayoritas.
11:35Ribuan.
11:36Itu baik.
11:38Dan hanya segelintir yang oknum-oknum seperti ini.
11:41Dan ini pasti akan terungkap.
11:43Entah hanya waktu yang mengungkapkan entah sekarang, besok, nanti, atau kapan.
11:49Tapi kejahatan atau pelecehan seksual pada khususnya itu pasti akan terungkap.
11:55Jadi jangan takut.
11:56Tapi kalau saat ini masih takut gitu ya.
11:59Sebagai perempuan mungkin masih takut gitu.
12:01Untuk periksa ke dokter, ke mana gitu ya.
12:05Di rumah sakit dan lain sebagainya.
12:07Bisa kok mengajak pengantar.
12:10Atau mengajak pendamping.
12:11Entah suaminya, entah temannya, entah keluarga.
12:15Pokoknya ajak-ajak orang yang dipercaya untuk ikut dalam pemeriksaan gitu.
12:21Dan itu diperbolehkan.
12:23Kecuali untuk tindakan-tindakan khusus.
12:25Misalkan di ruang bedah, di ruang operasi gitu ya.
12:29Itu tidak semuanya bisa hadir.
12:32Tapi bukan berarti semuanya tidak bisa hadir.
12:34Ada yang bisa ikut gitu.
12:35Tapi untuk operasi-operasi tertentu, kondisi-kondisi tertentu.
12:38Itu memang pendamping tidak bisa masuk dalam ruang tindakan operasi.
12:42Itu berarti salah satu cara untuk menciptakan rasa aman ya kita sebagai pasien ya dok ya.
12:47Iya.
12:48Oke.
12:49Kemudian dari kasus yang dokter PPDS Anastasi di RSHS Bandung itu kan karena...
12:57Karena polisi kan mengungkapkan karena adanya kurang pengawasan.
13:01Sistem pengawasan gitu kan.
13:03Atau mungkin edukasi etika profesi di dunia medis saat ini.
13:07Sehingga muncul oknum-oknum seperti ini.
13:10Tapi kalau menurut dokter, sistem pengawasan itu kurang atau sudah cukup untuk saat ini dok?
13:17Tentu kejadian ini tuh bukan kejadian yang pertama kali.
13:22Jadi kejadian-kejadian seperti ini itu sudah pernah terjadi sebelum-sebelumnya gitu ya.
13:28Mungkin kita tidak tahu atau tidak viral aja gitu kan.
13:31Karena viral kan juga baru-baru ini ya gitu ya.
13:33Iya betul.
13:34Nah pengawasan.
13:36Tentu ini menjadi PR semuanya.
13:39Semuanya itu siapa?
13:39Dari institusi pendidikan, dari kementerian kesehatan, dari apa?
13:48Mungkin, ini mungkin saya kurang tahu.
13:50Karena setelah undang-undang kesehatan yang baru, saya kurang tahu positioningnya seperti apa.
13:56Organisasi profesi mungkin.
13:57Jadi, dan juga pihak rumah sakit tentunya.
14:01Nah, kalau ini sampai terjadi, artinya ada pengawasan yang lolos gitu kan.
14:07Karena kalau pengawasannya tidak lolos, nggak mungkin dong ini bisa terjadi gitu.
14:11Iya betul.
14:12Jadi, saya setuju kalau memang harus ada pengawasan yang lebih baik lagi.
14:17Tapi kalau dikatakan apakah tidak ada pengawasan, saya bisa katakan pasti ada pengawasan.
14:22Apalagi di rumah sakit.
14:23Rumah sakit itu pengawasannya ketat.
14:25Di mana-mana ada CCTV gitu kan.
14:27Di lorong-lorong rumah sakit itu ada CCTV.
14:29Tapi memang di ruang-ruang tindakan itu tidak ada CCTV.
14:33Karena itu ada regulasi yang mengatur.
14:35Di ruang tindakan itu tidak boleh ada CCTV.
14:37Kecuali untuk kondisi-kondisi tertentu.
14:41Jadi, jangan khawatir.
14:43Karena pengawasannya sudah ketat.
14:46Cuma ini kelolosan aja gitu.
14:47Tapi saya mau mengucapkan respect atau apresiasi kepada RSS ya.
14:53Dan juga UNPAD ya.
14:55Yang menyelesaikan dan bertanggung jawab.
14:59Bertanggung jawab dan mengakui.
15:01Serta mengintrospeksi diri dan melakukan evaluasi besar-besaran menurut saya.
15:08Jadi, menurut saya ini kita juga perlu memberikan respect kepada RSS dan juga UNPAD gitu.
15:14Karena mereka berusaha untuk menyelesaikan masalah ini dan introspeksi.
15:18Jadi, salut untuk RSS dan UNPAD.
15:21Iya.
15:22Oke.
15:23Dan ini dok, ada kabar terbaru nih tentang Menteri Kesehatan yang menyatakan bahwa peserta program pendidikan dokter spesialis atau PPDS ini akan diwajibkan menjalankan tes kejiwaan.
15:37Apakah hal ini menjamin ya dok?
15:40Dan menurut Anda bagaimana soal kebijakan ini?
15:42Jadi gini, untuk mendaftar menjadi peserta didik program dokter atau dokter gigi spesialis itu ada tes kejiwaannya itu ada gitu ya.
15:58Ada yang psikotest, ada yang MMPI, itu ada gitu.
16:01Jadi, kalau dikatakan itu tidak ada, nggak tahu bagaimana bisa muncul seperti itu.
16:08Tapi apakah benar dari Mindcast mengucapkan seperti itu?
16:11Tapi kalau yang dimasukkan adalah tes rutin, ya ini yang memang belum ada gitu ya.
16:16Tapi kalau tes masuknya ada, selalu ada.
16:19Jadi, kalau ada yang bilang, jangan-jangan ini nggak dites, ada tesnya gitu.
16:23Cuman pertanyaannya, dan ini waktu saya on air di salah satu stasiun TV bersama psikolog ya,
16:30juga pernah dengan dokter psikiatri, spesialis kejiwaan.
16:34Itu saya juga menanyakan, apakah tes-tes ini bisa memunculkan gangguan atau kelainan orientasi seksual mungkin ya?
16:46Jadi, seperti itu. Apakah ini bisa muncul? Jawabannya sih tidak.
16:50Jadi, ini secara general hanya untuk memastikan bahwa kejiwaan dari calon peserta didik itu normal.
16:56Tapi harus diingat bahwa kejiwaan seseorang itu tidak akan konstan terus-menerus gitu ya.
17:01Jadi, dia bisa berubah gitu ya.
17:04Betul.
17:05Dari lingkungan, dari pressure yang dia dapatkan, dari banyak hal gitu.
17:10Nah, saya sepakat kalau dari Menteri Kesehatan atau Kementerian Kesehatan itu akan mengadakan tes rutin ya,
17:16atau tes berkala ya, kejiwaan itu.
17:18Saya, saya apresiasi itu.
17:21Jadi, penting.
17:23Tapi, perlu diingat juga bahwa jangan hanya tesnya.
17:26Kita harus perhatikan juga bahwa PPDS ini, atau dokter residen ini,
17:30tidak punya masukan loh.
17:32Mereka tidak punya income.
17:34Nah, tes ini siapa yang mau nanggung?
17:36Yang mau bayarin siapa? Tanda kasarnya gitu ya.
17:38Nah, terus kemudian, kalau memang tidak artinya gratis atau dibayari oleh negara atau oleh siapapun itu.
17:44Yang perlu kita perhatikan,
17:46pressure-nya atau trigger-nya ini dieliminir nggak?
17:50Jadi, jangan sampai hanya tesnya aja,
17:53tapi pressure-nya atau trigger-nya itu tidak diawasi, tidak dikontrol.
17:59Nanti pada akhirnya setiap tes akan ada nih,
18:02muncul nama-nama residen yang, oh ternyata kejiwaannya bermasalah.
18:06Otomatis.
18:07Mungkin saya nggak tahu nanti implementasi gimana aplikasinya.
18:10Mungkin diistirahatkan dulu.
18:12Nah, kalau memang stimulus-nya atau pemicunya, pencetusnya itu tetap ada,
18:17otomatis akan banyak nih yang terbaca bahwa ada gangguan kejiwaan gitu.
18:22Nah, terus kemudian pada kena sanksi semua atau pada diliburkan semua,
18:26kan itu nggak mungkin.
18:27Jadi, mungkin sedikit masukan,
18:29tapi saya apresiasi, luar biasa apresiasi kepada Kementerian Kesehatan,
18:33kepada organisasi profesi yang sudah duduk bersama,
18:36untuk membahas masalah ini dan juga memberikan solusi-solusi.
18:43Nah, tapi saya bisa titip mungkin juga perlu diawasi juga itu tentang pressure-nya.
18:48Tapi perlu di-highlight.
18:50Yang saya maksud pressure itu bukan pressure dalam bentuk akademis ya.
18:54Yang namanya orang sekolah pasti ada pressure dong.
18:56Nggak mungkin ada orang sekolah, apalagi sekolah menjadi dokter spesialis,
18:59terus tidak ada pressure dari akademis gitu,
19:03ya kayaknya nggak mungkin ya.
19:05Tapi kalau pressure di luar itu, nah ini nggak boleh.
19:08Tapi kalau pressure tugas, ya terus mengerjakan makalah, paper,
19:12kalau misalkan dokter mungkin tindakan, bedah, pemeriksaan, visit, dan lain sebagainya,
19:17ya itu kan memang sekolah itu atau sekolah jadi spesialis memang harus melalui fase itu dong.
19:23Kalau nggak mau mengalami fase itu, kenapa harus sekolah spesialis?
19:26Nah, yang saya maksud pressure-pressure lah pressure-pressure yang tidak ada kaitannya dengan pendidikan.
19:31Yang bisa dari seniornya.
19:35Dan yang kasus terbaru ya, itu dari salah satu universitas di Pulau Sumatera ya,
19:41seorang konsulen, saya maaf kalau kurang tepat ya,
19:46itu melakukan, maaf, menendang alat kelamin, diduga menendang alat vital dari residen,
19:55residen, sampai cedera begitu.
19:57Nah, memang sudah ada, sudah diperhentikan itu ya.
20:00Tapi pressure itu tidak selalu datang dari senior.
20:04Ya, memang mayoritas dari senior gitu ya.
20:07Tapi bisa juga dari pihak-pihak lain.
20:08Nah, ini nih yang harus kita atasi.
20:11Jangan sampai itu terjadi.
20:12Jangan sampai ada otoritas atau kesewenang-wenangan yang berlebihan.
20:18Yang tidak ada kontrol di dalamnya, sehingga bisa melakukan apapun yang dia inginkan
20:22kepada orang yang posisinya lebih lemah.
20:26Harus ada kontrol.
20:27Nah, kontrol ini yang saya harapkan atau kami harapkan itu hadir,
20:31sehingga harapannya nanti saat pendidikan itu sehat gitu ya.
20:35Jadi nanti dokter-dokter yang lulus, yang spesialis itu pinter-pinter,
20:38skillful, kompetensinya bagus, punya empati kepada pasien,
20:42dan dia juga berjiwa sehat gitu ya.
20:46Ini harapannya seperti itu, sehingga masyarakat bisa dilayani oleh dokter-dokter yang sehat,
20:51yang baik, yang pinter, dan yang benar.
20:54Gitu.
20:55Oke, jadi tadi faktor eksternal seperti dari tekanan dari senior gitu ya.
21:00Karena kasus PPA kekerasan dokter PPDS kan,
21:04dan pembulian kan dulu juga sempat pernah viral ya dok ya,
21:09karena pembulian pemerasan dari senior.
21:11Jadi ini mungkin ada kasus lagi yang terbaru yang dari dokter katakan tadi,
21:18salah satu dokter PPDS, seniornya menendang juniornya begitu ya dok ya.
21:23Kalau yang saya lihat dari berita bukan seniornya,
21:26tapi konsulannya.
21:27Oh, berarti bukan senior ya?
21:30Bukan, tapi konsulannya.
21:31Nah, ini saya nggak mengikuti kasus itu secara langsung,
21:36cuman saya baca dari berita-berita dari sosial media,
21:38dan itu sudah viral hari-hari ini,
21:41dan sudah ada klarifikasi bahwa yang bersangkutan,
21:44terduga pelakunya itu saat ini statusnya non-aktif,
21:48atau di non-aktif.
21:48Oh, sudah di non-aktif kan begitu ya.
21:51Oke dokter.
21:52Nah dokter ini sebagai dokter influencer juga ya,
21:56dokter yang aktif di media sosial gitu ya dok.
21:58Nah, sebenarnya apa ya peran digital platform ini,
22:02sosial media ini menurut dokter,
22:04dalam mempercepat edukasi etika profesi dalam perlindungan pasien dok?
22:10Jadi, dunia digital ini menurut saya bagus banget ya,
22:14kalau dimanfaatkan dengan baik gitu.
22:16Jadi misalkan, contohnya kasus yang paling aktual aja deh,
22:20banyak laporan atau kasus yang sudah masuk gitu ya,
22:26dari tahun 2023, dari 2024,
22:29lalu belum ada kelanjutan,
22:30menurut pelapornya belum ada kelanjutan.
22:33Lalu setelah viral,
22:34itu akhirnya terus cepat gitu ya,
22:37diproses.
22:38Nah, ini kan tentu bagus ya,
22:39baik, tapi dunia digital ini juga bahaya,
22:42kalau memang digunakan yang tidak baik.
22:44Ya, contohnya ya,
22:46flexing-flexing itu menurut saya kurang tepat ya,
22:49tapi itu enggak, silahkan.
22:51Silahkan, karena selalu akan ada yang melakukan
22:54dan selalu akan ada yang menikmati gitu ya,
22:56dan itu silahkan aja gitu,
22:57tapi saya lebih memilih untuk menggunakan media sosial itu
23:00dengan ada manfaatnya gitu.
23:02Nah, perkait etika profesi,
23:04etika profesi itu sebenarnya sudah harusnya,
23:07harusnya itu sudah ada di dalam hati
23:09setiap tenaga kesehatan, tenaga medis,
23:12dan sudah ada di dalam kepala setiap tenaga kesehatan
23:16dan tenaga medis,
23:17karena itulah yang menjaga mereka
23:19melakukan profesinya.
23:23Saat mereka melakukan profesi,
23:24itu mereka dijaga dengan etika profesi.
23:27Tentu yang lebih menjaga itu adalah
23:30nuraninya, hati nuraninya.
23:32Karena dalam suatu ruangan tertutup ya,
23:34itu tidak akan ada yang tahu.
23:36Karena yang tahu hanya
23:37dua orang di dalamnya dan juga
23:39Tuhan atau Allah SWT yang tahu.
23:42Nah, tidak ada CCTV,
23:44ya kita nggak tahu gitu ya.
23:46Atau korban tidak sadar,
23:47ya kita nggak tahu gitu.
23:48Nah, tapi
23:49etika profesi jika dimaknai,
23:52dan itu kan setiap dokter itu saat,
23:54kita ngomongin dokter ya,
23:56setiap dokter itu saat lulus,
23:57itu sudah mengucapkan sumpah loh.
23:59Jadi, ada sumpah yang diambil.
24:01Di situ ada kata atau kalimat yang
24:03secara garis besar,
24:05saya akan melakukan profesi saya
24:07dengan cara-cara yang bermartabat.
24:10Coba, itu
24:12saya dulu waktu lulus ya,
24:14sebagai dokter gigi spesialis,
24:18atau saya lupa saat jadi,
24:19saat saya memimpin ucapan sumpah itu
24:22saat saya spesialis atau sebagai dokter gigi umum,
24:24saya lupa.
24:25Saya diminta untuk,
24:26saat itu saya diminta untuk memimpin
24:28membacakan teks sumpah, dokter.
24:31Wah, ini saya aja bergetar lagi nih.
24:33Itu bergetar banget tuh.
24:35Jadi, hati saya bergetar dan
24:36saya sampai sempat beberapa detik terhenti.
24:41Terhenti untuk di beberapa kalimat.
24:44Karena itu,
24:45kalau teman-teman baca,
24:46dan itu bisa dibaca kok,
24:47googling aja banyak.
24:48Itu kalau dibaca dengan
24:49khidmat,
24:51dengan hati yang sungguh-sungguh dan fokus,
24:54itu kalau orang yang hatinya,
24:55punya hati nurani yang baik ya,
24:57itu bergetar itu hatinya.
24:58Karena kalimatnya tuh sakral banget.
25:01Di dalam situ tuh,
25:02aduh, ngeri banget.
25:03Jadi, saya menanyakan bagaimana bisa
25:06orang yang sudah mengucapkan sumpah gitu ya,
25:09di depan kitab sucinya.
25:10Karena tidak hanya di depan Al-Quran,
25:12yang mengandung agama lain juga
25:14di depan kitab sucinya,
25:16di bawah kitab sucinya masing-masing.
25:18Itu melanggar
25:19sumpah yang dia ucapkan
25:21dengan mulutnya sendiri gitu.
25:23Dan itu pun ditanyai loh,
25:24apakah bersedia mengucapkan sumpah?
25:27Jadi,
25:27kalau gak bersedia juga gak apa-apa gitu.
25:29Sebenarnya gak apa-apa,
25:30tapi gak lulus gitu.
25:31Tapi kan itu ditanyakan.
25:34Artinya,
25:34bersedia gak mengucapkan sumpah?
25:36Bersedia.
25:37Itu diucapkan bersama,
25:38dan kemudian sumpah itu dilafaskan.
25:40Coba bayangkan,
25:41jadi ini gak ada kaitannya
25:42dengan platform digital,
25:44ada digital atau tidak.
25:46Kalau semua tenaga kesehatan,
25:48atau profesi dokter itu ya,
25:50memahami isi sumpahnya,
25:52dan menjaga isi sumpahnya,
25:54tidak perlu ada pengawasan-pengawasan berlebihan,
25:57tidak perlu harus viral,
25:58tidak perlu harus ada perekaman dari korban,
26:05atau dari pelapor gitu.
26:08Gak perlu,
26:08karena semuanya menjaga dirinya.
26:10Jadi,
26:11dokter-dokter itu,
26:12atau tenaga kesehatannya itu,
26:13menjaga martabatnya masing-masing.
26:15Dengan cara apa?
26:16Dengan menjaga martabat pasiennya.
26:20Jadi,
26:20seorang dokter yang menjaga kehormatan pasiennya,
26:24itu sebenarnya,
26:25dia sedang menjaga kehormatan dirinya sendiri.
26:27Dan dokter yang mencidrai kehormatan pasiennya,
26:31dia menjatuhkan kehormatannya sendiri,
26:33dan dia melukai kehormatan dari teman-teman sejauhnya,
26:37ribuan teman-teman sejauhnya yang lain.
26:39Dan itu sangat biadab.
26:41Iya, betul.
26:42Karena saya sangat disayangkan ya dok ya,
26:44karena dari perbuatan oknum dokter,
26:48yang hanya satu per,
26:50banding berapa ribu,
26:52berapa ratus ribu dokter yang ada di Indonesia,
26:54bahkan di dunia,
26:55hanya karena perlakuan biadab beberapa oknum saja,
26:59hal tersebut bisa digeneralisasikan kepada semua dokter yang ada di Indonesia,
27:03begitu ya.
27:04Tapi perlu,
27:05tapi perlu dipublikasikan,
27:09atau diramaikan itu perlu.
27:10Agar masyarakat juga tahu bahwa,
27:13karena mereka banyak yang menganggap bahwa,
27:15ini kok yang lain antang-antang aja ya,
27:17jangan-jangan ini nutupin.
27:19Enggak.
27:20Jadi agar masyarakat tahu bahwa,
27:22dokter-dokter itu juga resah dengan kelakuan oknum-oknum ini,
27:25sehingga banyak teman-teman dokter yang ikut bersuara.
27:28Jadi,
27:29teman-teman jangan berpikir bahwa dokter-dokter akan melakukan hal sama,
27:32seperti oknum-oknum yang jahat ini.
27:34Karena dokter-dokter yang baik ini merasa dirugikan gitu kan.
27:37Pasti.
27:38Iya kan dok,
27:39dari kelakuan dokter-dokter yang tidak tahu diri itu.
27:43Oke,
27:44yang terakhir ini dokter.
27:45Apa pesan dokter untuk korban nih,
27:48khususnya untuk para perempuan,
27:50yang masih takut untuk berbicara,
27:53dan mengungkapkan,
27:56bagaimana ya,
27:58pengalaman mereka,
27:59sebagai salah satu korban lecehan seksual oleh tenaga medis,
28:04dan bagaimana
28:05mengembalikan kepercayaan tersebut
28:09untuk para tenaga medis di luar sana yang
28:12memang tidak semuanya seperti itu dokter.
28:16Ya,
28:16baik.
28:17Jadi,
28:18begini teman-teman,
28:20di ucapan di awal tadi itu ya,
28:22saya bilang bahwa ini kelakuan oknum ini tidak merepresentasikan dokter yang ada di Indonesia.
28:29Jadi teman-teman,
28:30jangan takut berlebihan,
28:31jangan paranoid ya,
28:32untuk periksa ke dokter,
28:34karena ada kasus-kasus seperti ini,
28:37ini hanya kelakuan oknum-oknum yang tidak baik aja,
28:40dibandingkan ribuan dokter yang baik lainnya.
28:44Dan juga,
28:45jangan merasa bahwa,
28:48saya jadi merasa apa ya,
28:52jadi insecure kali ya,
28:53insecure untuk,
28:54aduh,
28:55saya takut nih kalau saya mengalami pelecehan ya,
29:00atau merasa mengalami pelecehan itu terus,
29:02saya nggak mau lapor lah,
29:03nanti takutnya malah saya yang susah,
29:05malah saya yang ini,
29:06malah saya yang itu,
29:07jangan takut teman-teman.
29:08Jadi,
29:09laporkan,
29:10laporkan,
29:10kalau memang teman-teman merasa mengalami kejadian yang tidak menyenangkan,
29:15misalkan pelecehan seksual,
29:16laporkan aja.
29:17Kemana lapornya?
29:18Tentu ke kepolisian,
29:19karena pelecehan seksual itu adalah pelanggaran pidana,
29:23ya itu harus dipahami bersama.
29:24Lapor ke kepolisian,
29:26itu dulu.
29:26Lalu,
29:27kalau ada saksi,
29:28ada bukti ya,
29:29nah itu juga akan memperkuat laporan itu.
29:32Kedua juga,
29:32lapor ke di mana,
29:34misalkan kejadian itu dilakukan di rumah sakit,
29:36atau di klinik.
29:37Lapor kepada pengelola rumah sakit,
29:39atau pengelola klinik,
29:40atau tempat teman-teman periksa itu di mana.
29:42Laporkan.
29:44Lalu kalau itu dilakukan oleh oknum dokter,
29:45laporkan ke organisasi profesinya yang ada di sana,
29:50dan juga laporkan ke dinas terkait,
29:53dinas kesehatan dan sebagainya.
29:55Itu laporkan,
29:56dan jangan pernah takut,
29:57karena ada penjaminan untuk korban dan saksi.
30:03Itu akan ada,
30:04ada jaminan,
30:05dan itu dijamin oleh hukum.
30:07Jadi jangan takut,
30:09jangan merasa hukum itu sudah tidak ada di Indonesia.
30:12Hukum masih tegak berdiri di Indonesia, teman-teman.
30:14Dan saya pastikan itu sungguh-sungguh ada.
30:18Jadi jangan berpikir bahwa,
30:20aduh sia-sia deh, aduh nanti begini ya.
30:22Tidak.
30:23Jadi itu hanya kelakuan dari oknum-oknum saja.
30:26Jadi laporkan aja, jangan takut.
30:28Lalu kalau memang bukti itu ada,
30:31laporannya ada,
30:32dan sudah melakukan pelaporan secara resmi,
30:35gitu ya.
30:36Tapi merasa kok kayaknya,
30:38apa,
30:39nggak jalan nih.
30:41Atau lambat nih gitu ya.
30:42Kalau nggak jalan,
30:44saya rasa harusnya sih pasti jalan ya.
30:46Karena kan laporan itu harusnya diproses gitu.
30:49Nah,
30:50teman-teman juga bisa sebenarnya untuk,
30:52menceritakan,
30:53nah ini dunia digital ini.
30:55Iya, betul.
30:56Semua punya sosmed.
30:58Semua orang punya sosmed.
30:59Lakukan,
31:00atau beritakan aja gitu.
31:03Asal ini beritanya bener ya.
31:05Jangan sampai mengarang cerita.
31:06Iya, betul.
31:07Jangan mengarang cerita nih,
31:08harus ada buktinya nih gitu ya.
31:10Atau ada saksinya.
31:11Nah itu,
31:12laporkan.
31:13Dan jangan takut teman-teman.
31:14Kebenaran itu tidak akan pernah kesendirian.
31:17Kalau kita merasa,
31:18aduh suara aku kecil,
31:19saya bukan siapa-siapa.
31:21Semua orang yang sekarang besar,
31:23itu juga awalnya dari bukan siapa-siapa gitu.
31:27Saya sampai hari ini masih bukan siapa-siapa,
31:29kecuali sebagai dokter gigi gitu ya.
31:30Saya nggak pernah merasa besar gitu.
31:32Tapi,
31:33kalau teman-teman itu benar,
31:35dan yakinlah kebenaran itu akan menemukan jalannya,
31:37dan akan menemukan teman-temannya.
31:39Dan saat mereka berkumpul,
31:40tidak akan ada yang bisa mengalahkan suatu kebenaran.
31:43Jadi,
31:44jangan takut bersuara,
31:46karena nanti akan dihampiri suara sendirian ini,
31:49akan dihampiri suara-suara kebenaran yang lain,
31:52dan akan membesar.
31:53Tapi,
31:53kalau takut,
31:54kejahatan itu akan terus berkuasa.
31:58Jadi,
31:58kita ini hidup,
32:01bukan bilang tidak ada orang baik,
32:04atau tidak ada orang benar.
32:05Masalahnya,
32:05orang baik dan orang benar,
32:07lebih memilih untuk diam.
32:08Karena ketakutan itu, dok.
32:10Karena ketakutan itu.
32:12Betul.
32:12Sehingga kejahatan itu bisa,
32:14bukan berkuasa ya,
32:15bisa semena-mena.
32:17Nah,
32:17kita harus lawan.
32:18Kalau yang jahat aja berani,
32:20kenapa yang benar takut?
32:21Jadi,
32:22jangan pernah takut.
32:23Justru kalau kita diam,
32:24pelakunya bisa melakukan kejahatan-kejahatan lain dengan bebas ya, dokter ya?
32:28Yes,
32:29betul.
32:29Betul.
32:29Nah,
32:30kalau mengalami intimidasi,
32:31misalkan,
32:32mengalami intimidasi,
32:34laporkan intimidasi itu.
32:36Kita ini negara berbasis hukum.
32:38Jadi,
32:39jangan takut.
32:40Tapi dia punya kuasa,
32:41tapi dia begini.
32:42Itu ketakutan-ketakutan yang belum tentu terbukti, loh.
32:45Iya, betul.
32:46Ya,
32:46itu kan ketakutan yang ada di kepala kita, nih.
32:49Tapi, dok,
32:49dia,
32:49atau tapi dia,
32:50anu,
32:51punya kuasa ini,
32:52duitnya banyak,
32:53dia,
32:53saudaranya ini,
32:54dia punya kerabat ini.
32:56Itu kan yang ada di kepala dan di hati kita.
32:58Kita sudah mencoba, loh.
33:00Kalau belum,
33:01coba laporkan intimidasi itu,
33:03dan suarakan.
33:04Jangan takut,
33:05karena nanti pasti akan ada yang bantu.
33:08Oke, dokter.
33:09Tentu kita akan mengawal terus, ya,
33:12kasus-kasus ini,
33:12dan semoga tidak ada kasus-kasus lain
33:14yang melibatkan tenaga medis, ya, dokter, ya.
33:17Terima kasih atas waktunya,
33:19dokter Mirza.
33:20Terima kasih atas obrolan hari ini.
33:22Semoga ini bermanfaat untuk kita
33:24dan juga pemirsa,
33:26sahabat Kompas TV yang menonton ini.
33:28Terima kasih.
33:29Selamat sore, dokter.
33:30Selamat sore.
33:31Terima kasih.
33:34Terima kasih.

Dianjurkan