JAKARTA, KOMPAS.TV - Presiden Prabowo meyakinkan para pelaku ekonomi di tengah tantangan adanya perang dagang akibat tarif impor yang diterapkan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Pemerintah Indonesia sedang menegosiasi tarif yang dikeluarkan oleh Presiden Trump.
Prabowo menyebut, meski ada yang was-was terkait perang tarif, tetapi ia mengingatkan Indonesia adalah negara yang kuat.
Di satu sisi, Presiden Prabowo ikut merespons isu Indonesia gelap yang marak di media sosial.
Presiden Prabowo mempersilakan jika ada yang kecewa terhadap kinerjanya, tetapi ia menekankan komitmennya untuk membawa kemajuan bagi Indonesia.
Presiden Prabowo juga menegaskan saat ini pemerintah fokus pada kemandirian pangan, energi, manajemen air yang baik serta fokus pada industrialisasi untuk meningkatkan nilai tambah ekonomi.
Presiden Prabowo menegaskan tak pernah anti-kritik meski mengaku ada yang kecewa dengan pemerintahannya.
Tantangannya adalah bagaimana menjaga akselerasi pemerintahan dengan situasi saat ini.
Kami bahas bersama Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia, Marsudi Syuhud dan Pakar Komunikasi Politik Universitas Indonesia, Aditya Perdana.
Baca Juga Dukungan Dini PAN untuk Prabowo Maju Pilpres 2029, Buat PKB Gerah? di https://www.kompas.tv/nasional/589158/dukungan-dini-pan-untuk-prabowo-maju-pilpres-2029-buat-pkb-gerah
#prabowo #indonesiagelap #perangtarif
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/nasional/589182/bagaimana-seharusnya-pemerintah-menyikapi-kritik-termasuk-isu-indonesia-gelap
Pemerintah Indonesia sedang menegosiasi tarif yang dikeluarkan oleh Presiden Trump.
Prabowo menyebut, meski ada yang was-was terkait perang tarif, tetapi ia mengingatkan Indonesia adalah negara yang kuat.
Di satu sisi, Presiden Prabowo ikut merespons isu Indonesia gelap yang marak di media sosial.
Presiden Prabowo mempersilakan jika ada yang kecewa terhadap kinerjanya, tetapi ia menekankan komitmennya untuk membawa kemajuan bagi Indonesia.
Presiden Prabowo juga menegaskan saat ini pemerintah fokus pada kemandirian pangan, energi, manajemen air yang baik serta fokus pada industrialisasi untuk meningkatkan nilai tambah ekonomi.
Presiden Prabowo menegaskan tak pernah anti-kritik meski mengaku ada yang kecewa dengan pemerintahannya.
Tantangannya adalah bagaimana menjaga akselerasi pemerintahan dengan situasi saat ini.
Kami bahas bersama Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia, Marsudi Syuhud dan Pakar Komunikasi Politik Universitas Indonesia, Aditya Perdana.
Baca Juga Dukungan Dini PAN untuk Prabowo Maju Pilpres 2029, Buat PKB Gerah? di https://www.kompas.tv/nasional/589158/dukungan-dini-pan-untuk-prabowo-maju-pilpres-2029-buat-pkb-gerah
#prabowo #indonesiagelap #perangtarif
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/nasional/589182/bagaimana-seharusnya-pemerintah-menyikapi-kritik-termasuk-isu-indonesia-gelap
Kategori
🗞
BeritaTranskrip
00:00Saudara Presiden Prabowo Subianto menyebut Indonesia adalah negara dengan kekuatan yang besar termasuk sumber dayanya.
00:08Presiden Prabowo klaim akan Indonesia ini akan memiliki masa depan yang cerah karena kekayaan alam Indonesia akan dikelola untuk kepentingan rakyat.
00:19Presiden Prabowo meyakinkan para pelaku ekonomi di tengah tantangan adanya perang dagang akibat tarif impor yang diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
00:32Pemerintah Indonesia sedang menegosiasi tarif yang dikeluarkan oleh Presiden Trump.
00:36Presiden Prabowo menyebut meski ada yang was-was terkait perang tarif tetapi ia mengingatkan Indonesia adalah negara yang kuat.
00:42Dalam kita negosiasi kita juga bukan tidak punya kiat-kiat yang cukup meyakinkan ya.
00:53Sebagai contoh, defisit kita 17 miliar dolar.
01:00Surplus kita 17 miliar dolar sama Amerika. Benar? Itu yang jadi masalah bagi mereka kan?
01:07Di satu sisi Presiden Prabowo ikut merespons isi Indonesia gelap yang marak di media sosial.
01:12Presiden Prabowo mempersilahkan jika ada yang kecewa terhadap kinerjanya, tetapi ia menekankan komitmennya untuk membawa kemajuan bagi Indonesia.
01:21Saya sih tidak akan melarang orang untuk selalu memandang dengan kegelapan.
01:32Kalau ada orang yang mau lihat gelap-gelap-gelap, mau enggak.
01:35Tapi kalau saya lihat, saya optimis, saya bangga sekarang jadi Presiden Republik Indonesia.
01:43Kekayaan kita akan kita kuasai, akan kita kelola untuk sebesar-besarnya kepentingan rakyat.
01:53Mungkin banyak kecewa, tapi dibandingkan dengan ratusan juta rakyat kita yang akan merasa bahagia, yaitu tugasnya pemerintah.
02:05Presiden Prabowo juga menegaskan saat ini pemerintah fokus pada kemanirian pangan, energi, manajemen air yang baik,
02:11serta fokus pada industrialisasi untuk meningkatkan nilai tambah ekonomi.
02:15Tim Liputan, Kompas TV
02:18Saudara Presiden Prabowo mendegaskan tak pernah anti-kritik meski mengaku ada yang kecewa dengan pemerintahannya.
02:29Tantangannya kini adalah bagaimana menjaga akselerasi pemerintahan dengan situasi saat ini.
02:34Kami bahas bersama Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia, Marsudi Syud.
02:38Malam Pak Marsudi.
02:40Selamat malam, Assalamualaikum Wr. Wb.
02:42Waalaikumsalam, bergabung juga dengan kami ada Pakat Komunikasi Politik Universitas Indonesia, Aditya Perdana Mas Adi.
02:48Selamat malam.
02:49Malam Mbak Adi.
02:50Saya mau ke Pak Marsudi dulu.
02:52Pak Marsudi, berkali-kali Pak Presiden mengatakan bahwa mempersilahkan begitu ya, jika ada yang mau mengkritik.
02:58Bahkan kalau ada yang bilang Indonesia gelap, ya tapi satu sisi adalah berikan kami kesempatan untuk bekerja.
03:05Sebenarnya pesan apa sih yang ingin disampaikan Presiden di sini?
03:09Bahwa dalam kehidupan manusia ini, baik secara kecil keluarga ataupun bangsa, itu ketika menghadapi situasi yang mungkin ada hal penurunan dalam konteks pendapatan atau memang anggaranya juga mengecil,
03:30pasti di situ ada persoalan-persoalan, pertanyaan-pertanyaan kalau keluarga misalnya kenapa ada anak yang biasanya dapat baju yang baru,
03:42kemudian tidak dapat ada istri yang mestinya dapat uang bulanan yang lebih menjadi ngepas gitu atau bahkan kurang, begitu pula negara.
03:52Kenapa demikian? Karena al-mawarid mahdudah, war-rohobat weru mahdudah.
04:00Bahwa sesungguhnya sumber dayanya itu terbatas, tapi keinginan orang itu tidak terbatas.
04:09Maka ketika keinginan orang yang ingin beli ini, beli itu, bangun ini, bangun itu, maka itu akan menjadi di pikirannya, kok ini tidak sesuai dengan keinginan saya?
04:24Nah maka ada kata-kata Indonesia gelap atau rasanya keluarga saya kok lagi gelap ini.
04:31Artinya di sini adalah keinginan dengan kemudian kenyataan ini tidak sama, tidak seiring.
04:38Karena keinginan gue rumah dudah, keinginan itu gak ada batasnya, keinginan orang, individu.
04:46Sementara mawarid mahdudah, apa namanya bahwa risosnya memang terbatas.
04:53Lalu bagaimana caranya ini, kalau ngadepin situasi kayak gini dalam konteks berbangsa, itu mestinya harus al-muwazanah, al-irodat wa an-nafakot ad-daulah.
05:10Bagaimana menyeimbangkan antara keinginan tadi dan keadaannya.
05:18Nah Presiden Prabowo Subianto ini dalam konteks itu, utangnya 8.600-an utangnya.
05:27Kemudian budget APBN kita, defisit menjadinya.
05:34Nah keadanya demikian maka Ayu optimis, kelola yang seadanya ini.
05:41Sambil kita bersyukur kepada Allah, lakukan optimisme saja.
05:45Kita optimis membangun ke depan, karena sesungguhnya perintah agama kita bagaimana sih kita untuk membangun, terus membangun seadanya kita.
05:57Nah berarti artinya kan Mas Adit ketika tadi APBN kita tadi, kemudian saat ini memang mungkin ada yang harus dirampingkan begitu ya.
06:08Karena tadi ada hutang dan lain sebagainya.
06:11Tapi satu sisi juga kan, masyarakat butuh nih pekerjaan, butuh makan sehari-harinya.
06:18Harus seperti apa ini pemerintah?
06:20Ya memang di dalam dilema sebuah negara demokrasi seperti yang tadi disampaikan.
06:26Ini kalau Pak Kiai kan bicara dalam konteks, apa namanya, cari air gitu.
06:30Tapi apa yang saya pahami dalam konteks di sebuah negara demokrasi, tantangannya seperti yang kita hadapi hari ini.
06:38Satu sisi bahwa kita punya kompleksitas terkait dengan tantangan dalam negeri, ada hutang, ada persoalan defisit, belum lagi tantangan global gitu ya.
06:48Pada sisi yang lain ada ruang yang juga harus dijaga, yaitu ruang keterbukaan, ada ruang partisipasi yang juga harus tetap dipelihara gitu ya.
06:58Pada sisi yang lain, pemerintah dalam konteks ini Presiden Prabowo juga punya otoritas yang menurut saya kuat gitu ya,
07:05untuk menjalankan banyak janji dan juga amanah yang dititipkan kepada beliau.
07:10Artinya dalam konteks itu, Presiden punya juga bukan hanya tanggung jawab gitu,
07:16tapi juga punya ruang untuk bisa melakukan banyak hal, tetapi sisi lain juga butuh dukungan dari publik, dukungan dari masyarakat.
07:23Jadi artinya dalam konteks hari ini yang kita bisa lihat adalah, Pak Prabowo beliau punya janji,
07:30beliau punya apa yang kemarin disampaikan di dalam bahasa keinginan-keinginan yang sedang dicoba dijalankan hari ini.
07:37Pada sisi yang lain, beliau juga sadar bahwa itu ada banyak keterbatasan yang disampaikan oleh Pak Giai.
07:43Pada saat yang bersamaan, secara politik, beliau juga sudah bisa merangkul banyak kepentingan-kepentingan politik yang mau bergabung dalam pemerintahannya.
07:50Artinya modalnya itu sudah cukup besar.
07:53Nah sekarang pertanyaannya kemudian adalah, dengan konteks itu kenapa juga gak kita bangun sikap yang optimis gitu ya,
08:01ke depan gitu ya, untuk secara bersama-sama.
08:04Memang tantangan realnya itu, balik lagi itu tidak mudah dalam konteks bagaimana menjaga dinamika kepentingan-kepentingan itu,
08:10karena setiap orang, setiap pihak terutama di dalam konteks politik punya banyak hal yang ingin diraih gitu ya.
08:17Oke, nah apa jangan-jangan kalau gitu Pak Marsu di dinamika tadi, kan memang keinginan Pak Presiden sangat besar begitu,
08:25dan ini juga baru berjalan beberapa bulan ya, belum sampai...
08:286 bulan.
08:29Belum sampai 6 bulan, bahkan belum sampai 1 tahun.
08:31Nah, apakah mungkin, jangan-jangan ini ada kekurangan di, atau sesuatu hal yang perlu diperbaiki dari sisi komunikasi,
08:39sehingga menjembatani antara keinginan Pak Presiden, dengan para menteri yang juga bergerak, ke masyarakat juga, ini masyarakat jadi bisa tenang.
08:48Ya, bahwa komunikasi publik menyampaikan ketika kondisinya semacam ini,
08:55Bapak terhadap anaknya, Bapak terhadap istrinya, itu pun harus komunikasinya jelas.
09:03Karena ketika tahun lalu misalnya bisa beli baju yang bagus-bagus, tahun sekarang kok kondisinya begini,
09:09disampaikan kepada anak-anak kita, kepada istri kita.
09:13Nah, begitu pula ketika kita komunikasi ke publik,
09:17kenyataannya nih loh ya, sekarang APBN-nya sekian.
09:21Kita ingin bangun afdoliah yang mana,
09:25aulawiahnya yang mana, dalam konteks ekonomi,
09:29mana yang harus didahulukan untuk prioritas dalam konteks anggaran yang terbatas ini.
09:36Sampaikan. Nah, ketika demikian mudah-mudahan ini publik mengerti bahwa kondisinya tidak hanya di Indonesia saja yang lagi begini,
09:47yang ekonominya lagi kurang baik, tidak hanya Indonesia.
09:52Nah, ketika ngadepin ekonomi yang kurang baik, pertumbuhan ingin dicapai 8% ke depan,
09:59kok ternyata belum tercapek, misalnya 8% dengan banyak hal,
10:04karena kebijakan-kebijakan yang dituangkan itu semuanya connecting dengan anggaran.
10:13Anggaran APBN. Nah, adanya sekian.
10:17Yang penting sampaikan ke publik sampai mengerti, paham.
10:21Agar jangan sampai publik itu menginstall dalam pikirannya yang terus-menerus gelap, gelap, gelap, gelap.
10:27Yang kalau yang diinstall itu terus, itu akan mempengaruhi banyak orang.
10:34Yang lebih realistis dan lebih bagus itu kalau kita menginstall dalam pikiran kita masing-masing,
10:45ayo kondisinya begini. Lalu apa sih yang mau kita perbuat?
10:49Karena pada prinsipnya tolamah al-akluyartak izu'ala fikroh al-khawf, misalnya,
10:56ketika yang diinstall dalam pikiran kita adalah ketakutan,
11:01dengan kata-kata gelap, gelap, gelap, gelap, ketakutan,
11:04apa yang bakal terjadi? Yang akan terjadi?
11:07Makfulun alaiha.
11:09Nanti otak kita akan hang di situ, mandek di situ aja ya, dengan turunannya.
11:15Tapi kalau kita menginstallkan diri kita, eh keadaannya lagi kayak gini,
11:20maka kita lakukan ini, hei anakku lakukan ini, hei saudaraku lakukan ini,
11:27ayo kita mau nyampe ke sana, karena tadi disampaikan oleh Presiden,
11:31bahwa mawarin kita sesungguhnya, resource kita, alam kita, sumber dayanya, itu melimpah.
11:39Gimana sih cara kita memonetize ini, menguangkan ini, menjadikan ini rejeki, gimana?
11:48Mestinya larinya arahkan ke situ kekuatannya, power kita arahkan ke situ,
11:53agar kita itu bisa menjadi bangsa yang kuat.
11:57Termasuk juga dengan melihat peluang yang ada saat ini kan?
12:00Ya, daripada kita hanya ketakutan terus, ketakutan terus.
12:05Oke, nah kalau gitu pertanyaan selanjutnya, Mas Adit yang nanti akan dijawab juga, Mas Adit dan juga Pak Marsudi,
12:09ketika tadi kan oke, masyarakat mengetahui ya, bahwa keadaan global juga tidak baik-baik saja,
12:15di kita juga tidak baik-baik saja.
12:17Nah kalau gitu, gimana caranya meyakinkan, bagaimana caranya berkomunikasi,
12:22atau mungkin gayanya, kalimatnya, atau seperti apa yang harus dilakukan,
12:27untuk meyakinkan agar ada rasa optimis juga dari masyarakat,
12:31yang terhitung juga sebenarnya di 2025 ini kita masih baru loh menjalani,
12:35begitu, kan baru memasuki mau bulan Mei.
12:38Saya jadar nanti saudara tetap bersama kami di Sapa Indonesia Malam.
12:42Masih bersama kami di Sapa Indonesia Malam, Mas Adit menyambung pertanyaan saya sebelumnya,
12:46lalu harusnya seperti apa cara berkomunikasi atau penyampaiannya,
12:51agar bisa sampai ke publik bahwa iya, memang kita mungkin sedang tidak baik-baik saja.
12:55Ada gelombang kritik, ada keinginan yang besar, tapi kemudian mungkin kenyataan juga tidak sesuai.
13:01Tapi bagaimana kemudian narasi ini bisa disampaikan dengan baik,
13:03karena keinginannya Presiden ini besar, tapi memang sedang bekerja saat ini.
13:09Ya saya pikir Presiden membuka diri ya.
13:11Tadi kan di dalam forum seminar ekonomi sudah menyampaikan gitu ya,
13:16beliau tidak anti kritik, beliau juga membuka diri bertemu dengan para wartawan,
13:21dan menurut saya itu adalah apresiasi banyak orang juga terhadap apa yang sudah dilakukan oleh Pak Prabowo.
13:28Cuma masalahnya kemudian adalah bagaimana ruang ini dilakukan simultan gitu ya,
13:33bukan hanya kemudian satu atau dua kali saja.
13:35Jadi dorongannya kemudian akhirnya apresiasi positif,
13:39tapi itu bisa terus dilakukan dengan mungkin cara-cara yang berbeda, itu satu.
13:43Yang kedua tentu orang juga punya ekspektasi yang juga tinggi,
13:47bagaimana instrumen di pemerintahan bekerja hal yang sama, Mbak.
13:53Misalnya apa sih Mas Adit yang lihat mungkin ada kekurangan,
13:56atau mungkin satu sisi catatan lah, catatan.
13:59Misalkan contoh paling gampang adalah soal makan MBG.
14:05Ini kan juga menjadi isu ya, isu yang menurut saya juga dikritik banyak orang.
14:11Belum belakangan ini juga kita lihat ada ini, ada itu dan segala macam.
14:15Nah itu kan juga harus ada punya penjelasan dari sisi pemerintah,
14:18bagaimana apa keterbatasannya, terus kemudian apa yang juga dihadapi, dan sebagainya.
14:24Jadi ini yang menurut saya juga harus disampaikan dalam konteks keterbatasan yang dimaksud,
14:29kemampuan pemerintah sejauh mana, dan langkah apa yang mau diukur sampai sejauh mana juga.
14:35Jadi berdialog dan berkomunikasi dengan publik itu menurut pandangan saya juga,
14:39nggak hanya cuma sekali dua kali gitu ya.
14:41Dan ini juga jangan kemudian mengatakan bahwa ini semua harus presiden yang mengatakan.
14:45Enggak, semua menteri juga punya tanggung jawab yang sama gitu ya.
14:48Tapi kan masalah gini Mas Adit, kan Pak Presiden juga banyak yang membantu ya.
14:52Bukan hanya menteri, wakilnya juga banyak sekali.
14:54Kemudian ada kepala lembaga dan lain sebagainya.
14:56Nah apakah jangan-jangan ini menjadi salah satu tantangan terbesar juga nih,
14:59karena saking banyak, jadi bingung nih.
15:01Makanya kemudian kan kemarin kritik yang disampaikan oleh banyak orang,
15:05termasuk juga presiden menyadari persoalan bahwa komunikasi publik kami punya masalah.
15:10Dan menurut saya itu satu hal yang positif, Pak Yai.
15:12Bahwa presiden mengakui titik lemah di dalam pemerintahannya,
15:16beliau juga sadar di mana menteri-menterinya ada yang kinerja baik atau yang buruk.
15:21Menurut saya itu hal yang positif.
15:22Nah cuma masalahnya bagaimana framing ini bisa berlaku untuk semua pihak di dalam pemerintahan,
15:27dan itu disadari secara keseluruhan,
15:30dan kemudian tidak saling balap-balapan.
15:32Repotnya kan kalau saling balap-balapan untuk cari momentum,
15:35untuk kepentingan pribadi misalkan Pak Menterinya yang pengen ini, pengen itu.
15:38Nah artinya gerak langkahnya itu harus satu dan sama gitu ya.
15:42Dan itu yang menurut saya masih jadi pengen.
15:44Berbicara soal gerak langkahnya yang harus sama ini,
15:46apa jangan-jangan juga dilihat Pak Marsudi sebagai problem?
15:49Jangan-jangan ada yang tidak bergerak seiring, seirama juga nih?
15:53Ya, tadi di depan saya menyampaikan dalam keluarga yang pikirannya beda-beda,
15:58itu yang harus disamakan untuk menuju satu titik.
16:01Titiknya apa? Membangun.
16:03Targetnya apa? Ini.
16:05Berapa jumlahnya? Sekian.
16:07Itu yang harus disampaikan kepada publik.
16:11Nah ketika di sini masih ada perbedaan pendapat,
16:15apalagi perbedaannya pendapatan,
16:19itu yang kadang-kadang jadi masalah kan?
16:21Nah yang demikian,
16:24sampaikan ke publik demikian adanya,
16:29lalu ajaklah publik, ayo bersama-sama,
16:33kita mengkritik itu boleh.
16:36Anaket.
16:38Walakin lay salhikat.
16:40Kritik itu membangun sesungguhnya.
16:42Maka itu boleh.
16:44Yang terpenting bukan kebencian.
16:46Ya jadi ketika kita udah memposisikan anak kedelai salhikat,
16:53bahwa kritik itu adalah untuk membangun bukan kebencian,
16:56maka itu nanti yang timbul sama-sama berpikir,
17:00bersatu, bersama-sama,
17:01ayo tetap bangun bangsa ini.
17:03Bersyukur kepada Allah kita mempunyai negara yang aman,
17:08yang mempunyai fasilitas banyak,
17:11dan mempunyai mawarid sumber-sumber alam yang banyak.
17:14Membangun ya, kritik yang membangun ya Pak?
17:16Kritik yang membangun.
17:17Dan selama kita bersatu,
17:20dalam konteks untuk menuju tujuan,
17:22bersama-sama saya yakin akan nyampe targetnya.
17:26Karena kan banyak juga ya Pak Marsudi,
17:27Mas Adi sebenarnya yang Indonesia telah lalui.
17:30Contoh yang paling kita masih ingat aja,
17:32pada saat COVID,
17:33semuanya waktu itu pesimis, ya kan?
17:35Bisa nggak nih melewati?
17:36Waktanya bisa.
17:37Ya ampun, bisa.
17:38Ketika sama-sama, ketika sama-sama.
17:40Untung lu di Indonesia,
17:42beda dengan negara misalnya di Middle East ya.
17:46Indonesia ada 67,
17:48Muslim saja 67-an organisasi.
17:53Nah ketika ada masalah,
17:55itu kita ngundang duduk 67 organisasi,
17:59itu lebih mudah daripada terpecah-pecah.
18:02Dan nanti akan menyampaikan ke publik bersama-sama.
18:04Nah maka intinya,
18:07antara pemerintah,
18:09government,
18:10dengan masyarakat,
18:12tokoh-tokoh,
18:14itu saling komunikasi dengan baik,
18:16yang nanti antar tokoh-tokoh organisasi,
18:19atau tokoh-tokoh publik,
18:20atau tokoh-tokoh masyarakat,
18:22menyampaikan ke masyarakatnya.
18:25Ajak, duduk bersama-sama,
18:27ngobrol, ngopi-ngopi,
18:29cari solusi bersama,
18:30dan kemudian komunikasi ke publik.
18:33Sekarang begini misalnya,
18:35pada suatu hari Presiden duduk-duduk,
18:37ngopi-ngopi, ngomong,
18:39dengan tokoh dari organisasi,
18:41tentang ekonomi,
18:43tentang agama,
18:43tentang sosial,
18:44tentang budaya.
18:45Nanti disampaikan ke sana.
18:47Itu akan membaca,
18:49masyarakat sesuai tokohnya masing-masing,
18:52oh iya,
18:53ini penting.
18:54Dan ini belum pernah dilakukan ini,
18:56kelihatannya yang semacam ini.
18:58Ini perlu dilakukan.
18:59Yang sekarang ini maksudnya?
19:00Iya, yang sekarang ini.
19:01Jadi sehingga,
19:02kelihatannya santai,
19:05tapi sesungguhnya lagi menceritakan,
19:07apa yang sudah kita lakukan,
19:11dan apa yang akan kita lakukan ke depan.
19:14Berarti jangan-jangan ini dalam hal pemotretan,
19:16atau apa ya,
19:18dalam tadi momentum untuk kemudian bertemu,
19:21dan lain sebagainya,
19:22jangan-jangan juga memang harus perlu dilakukan,
19:24supaya diketahui publik juga.
19:25Saya pikir kemarin kita belajar ya,
19:27dari proses ketika COVID-19 ya,
19:30ketika beberapa bulan COVID-19 di awal itu kan kita ambur-adul ya Pak Kiai.
19:34Tapi ketika bareng-bareng.
19:35Tapi ketika semua sudah guyup,
19:36sudah duduk bareng,
19:37sudah bisa tahu apa namanya,
19:39apa yang harus dilakukan,
19:40dan kemudian solusinya apa,
19:42keterbatasan yang dimiliki,
19:44dan segala macam,
19:44akhirnya kemudian bisa jalan lagi gitu ya.
19:47Jadi artinya menurut saya adalah,
19:49seperti yang tadi pesan disampaikan oleh Pak Kiai,
19:51ya momentum untuk bisa melakukan beberapa aktivitas,
19:55ya mungkin ini inisiasi yang bisa dilakukan oleh Presiden,
19:58atau mungkin juga para menteri atau kabinet yang bisa melakukan hal yang sama,
20:02itu mulailah berkomunikasi dengan semua pihak gitu ya.
20:06Bahwa kami punya ruang keterbatasan,
20:08bahwa kami punya banyak mimpi yang ingin dilakukan gitu ya,
20:12tapi bagaimana ini kita bisa mewujudkannya untuk bisa jalan bareng,
20:15nah itu yang menurut saya juga penting gitu ya,
20:18asal tidak merusak keharmonisan atau persatu.
20:21Insya Allah keharmonisan itu bisa terjaga ketika kita saling memahami,
20:28saling memahami keadaannya,
20:30dan saling memahami apa sih kedepannya yang mau dicapai ini.
20:34Kalau gitu Pak Maksudy belajar dari pengalaman yang terakhir kita,
20:38COVID.
20:38COVID, itu dasat, dasat itu.
20:40Mungkin sekarang ibaratnya bukan pandemi kesehatan ya,
20:43tapi pandemi ekonomi.
20:45Pandemi ekonomi, saya bilang gitu ya.
20:47Nah ini gimana caranya juga biar kita bisa menjadi the winner juga?
20:51Saya ingat sekali, saya ingat sekali dalam konteks itu,
20:54karena kita juga ada di sebuah organisasi.
20:57Coba yuk bayangkan nih, pada waktu pandemi itu,
21:00Kiai dari pusat sampai kampung,
21:02itu ngomong, ayo jaga ini,
21:05ayo jaga ini, jangan keluar dari rumah.
21:08Jaga kampung.
21:08Coba tiru itu saja untuk menyampaikan message-nya dari pusat kepada daerah,
21:15wah itu jago begini.
21:17Nah, memang sana-sini masih ada kekurangan,
21:21tapi itu pengalaman yang sudah terjadi.
21:24Kiai loh,
21:25dari pusat sampai kampung,
21:28bisa ngomong untuk ayo bareng-bareng jaga kesehatan kita,
21:30jangan keluar, jangan ini, lakukan ini, lakukan itu.
21:33Padahal awal-awal takut banget ya semua?
21:35Takut semua,
21:36tapi ketika kita dikasih tahu dengan baik,
21:39faktanya tuh,
21:40nah sekarang kondisinya memang ekonomi lagi demikian.
21:45Untuk tidak mengatakan Indonesia lagi gelap,
21:48gak usah lah dengan kalimat-kalimat itu terus,
21:50kita bikinlah optimis,
21:52kondisi kita sekarang begini,
21:54ke depan dengan modal ini,
21:56laut kita mau saya ginikan,
21:59mining kita mau saya ginikan,
22:01ini mau saya produksi ini,
22:02nanti menghasilkan sekian,
22:04saya akan melakukan ini.
22:05Nah, kalau ternyata nanti di jalan masih ada kekurangan,
22:08kritiklah saya.
22:10Gak apa-apa,
22:10selagi kritik itu seperti mau bikin kopi.
22:14Tuh ada gelas,
22:15ada lepek,
22:17ada sedok ya.
22:18Kalau mau itu kan bunyi tuh,
22:20teklak, teklik, teklik, teklik, tapi,
22:22keluarnya kopi,
22:24jangan sampai antara benturan gelas
22:28atau cangkir dengan lepeknya,
22:29sampai pecah.
22:30Ini kritik,
22:32jangan sampai pecah,
22:33nanti keluarnya kapi yang sangat nikmat.
22:37Mas Adit.
22:38Ya, saya pikir memang,
22:40apa namanya agenda yang bisa dilakukan oleh pemerintah dalam waktu dekat ya,
22:44bagaimana inisiasi yang tadi kita diskusikan itu bisa dilakukan gitu ya.
22:48Jadi,
22:49Presiden juga punya agenda,
22:51untuk bisa bertemu dengan beberapa kelompok masyarakat,
22:54gitu, secara rutin,
22:55berkomunikasi,
22:56dan juga menyampaikan bahwa pesan-pesan ini yang sedang dilakukan,
22:59dan ini tantangan yang kita hadapi,
23:00dan sebagainya.
23:01Dan ini juga bisa diikuti oleh para menteri-menterinya.
23:04Kalau ini bisa dilakukan dengan intens,
23:07saya pikir,
23:08seperti ini.
23:08Dari Presiden sementerinya sampai ke bawah.
23:10Sampai Pak Lurah lah gitu gampangnya.
23:12Pak RT, Pak RW.
23:14Iya.
23:14Karena kemarin misalkan dengan konteksnya retreat,
23:17kan itu juga sudah bagaimana harmonisasi antara pemerintah pusat daerah,
23:20itu sudah bisa dilakukan.
23:21Nah sekarang ini bagaimana itu bisa?
23:23Ibaratnya ini ujian ya, pada saat retreat kemarin ujian ini menguji juga gak?
23:26Nah frame ujian itu menurut saya menjadi penting Pak Gai.
23:29Oh gitu ya.
23:30Ujian kan berarti kemudian orang harus berpikir,
23:32gimana caranya bisa lolos.
23:33Iya, iya.
23:34Bisa lulus gitu ya.
23:34Nah bagaimana lulus dari situasi yang tidak jelas,
23:37masih ketidakpastian dan sebagainya.
23:40Mas Aditya, terima kasih.
23:42Pak Marsudi, terima kasih sudah berbagi pandangan,
23:45bahwa oke,
23:47kita mengakui bahwa memang kita sedang tidak baik-baik saja,
23:49tapi kita harus menciptakan optimisnya itu sendiri,
23:52berangkat seperti pandemi, COVID,
23:55yang sekarang kita juga bisa menjadi pemenangnya,
23:57asal kita bareng lagi untuk bersama ya.
23:59Kita bersama-sama, hadapi bersama-sama.
24:02Insya Allah.
24:03Dan menjadi pemenang bersama-sama.
24:04Insya Allah pemenang bersama-sama.
24:05Indonesia hebat.
24:07Pak Marsudi, terima kasih.
24:08Terima kasih.