• 2 days ago
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia di pertengahan Desember 2024 telah memutuskan, mempertahankan suku bunga acuan BI-Rate sebesar 6%. BI juga mempertahankan suku bunga deposit facility 5,25% dan suku bunga lending facility 6,75%. Dengan demikian, BI telah mempertahankan BI-Rate di level 6% selama 4 bulan terakhir.

Keputusan bank sentral konsisten dengan arah kebijakan moneter, guna memastikan tetap terkendalinya inflasi dalam sasaran 2,5 plus minus 1% pada 2024 dan 2025, serta mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Fokus kebijakan moneter diarahkan untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah dari dampak makin tingginya ketidakpastian perekonomian global akibat arah kebijakan Amerika Serikat, dan eskalasi ketegangan geopolitik di berbagai wilayah.

Category

📺
TV
Transcript
00:00Music
00:20Halo pemirsa apa kabar anda hari ini langsung dari studio IDX channel Jakarta saya Prasetyo Wibowo
00:26Prasetyo Wibowo kembali hadir dalam market review program yang mengupas isu-isu yang menjadi penggerak ekonomi Indonesia
00:32Livestream kami bisa anda saksikan juga di idxchannel.com dan langsung saja kita mulai market review selengkapnya
00:40Music
00:48Di penghujung tahun 2024 Bank Indonesia kembali mempertahankan suku bunga cuan atau BI rate di level 6%
00:55Meski era suku bunga tinggi ini dinilai akan berdampak terhadap penyaluran kredit perbankan
01:01Namun otoritas jasa keuangan mencatat pertumbuhan kredit masih double digit
01:06Music
01:14Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia di pertengahan bulan Desember 2024 telah memutuskan mempertahankan suku bunga cuan BI rate sebesar 6%
01:23Bank Indonesia juga mempertahankan suku bunga deposit fasiliti sebesar 5,25% dan suku bunga lending fasiliti sebesar 6,75%
01:33Dengan demikian Bank Indonesia telah mempertahankan BI rate di level 6% selama 4 bulan terakhir
01:41Keputusan bank sentral konsisten dengan arah kebijakan moneter guna memastikan tetap terkendalinya inflasi dalam sasaran 2,5% pada tahun 2024 dan 2025
01:53Serta mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan
01:58Fokus kebijakan moneter diarahkan untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah
02:02Dari dampak makin tingginya ketidakpastian perekonomian global akibat arah kebijakan Amerika Serikat dan eskalasi ketegangan geopolitik di berbagai wilayah
02:12Fokus kebijakan moneter diarahkan untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah
02:21Dari dampak makin tingginya ketidakpastian perekonomian global akibat arah kebijakan Amerika Serikat dan eskalasi ketegangan geopolitik di berbagai wilayah
02:38Kedepan Bank Indonesia terus mencermati pergerakan nilai tukar rupiah dan prospek inflasi serta dinamika kondisi ekonomi yang berkembang
02:50Dalam memanfaatkan ruang penurunan suku bunga kebijakan moneter lebih lanjut
03:01Sementara otoritas jasa keuangan mencetak peroktober 2024 pertumbuhan kredit masih double digit sebesar 10,92% secara tahunan
03:09Menjadi Rp7.656,90 triliun
03:14Dan berdasarkan jenis penggunaan kredit investasi tumbuh tertinggi yaitu sebesar 13,63%
03:21Dikuti kredit konsumsi 11,01% sedangkan kredit modal kerja tumbuh 9,25%
03:29Dari Jakarta Tim Liputan IDX Jenuk
03:32Berikutnya kita akan sampaikan terkait dengan pergerakan inflasi dalam beberapa bulan terakhir sampai dengan November 2024
03:43Data selengkapnya bisa anda saksikan di layar televisinya kita akan cermati pergerakan secara bulanan maupun tahunan
03:50Ya ini dia untuk pergerakan dari secara year on year atau tahunan
03:55Sempat di bulan May tercatat 2,84% kemudian trendnya cenderung turun sampai dengan bulan November menjadi 1,55% secara tahunan
04:06Sementara untuk pergerakan inflasi bulanan memang kemarin sempat mengalami deflasi dalam beberapa bulan terakhir
04:12Kemudian di bulan Oktober sudah mulai ada inflasi tipis 0,08% dan di bulan November lalu 0,3% untuk laju inflasi di bulan November
04:22Berikutnya bagaimana dengan pergerakan nilai tukar rupiah ini yang menjadi salah satu concern dari bank sentral ya
04:29Terkait dengan bagaimana penetapan suku pengacuan atau BI rate
04:33Ya ini dia pergerakan nilai tukar rupiah yang sudah tembus 16.000 rupiah per dolar Amerika Serikat
04:40Bahkan per 19 Desember kemarin sudah mencapai 16.277 rupiah
04:47Dan ini akan kita cermati nanti sejauh mana
04:50Kedampaknya terkait dengan dunia usaha kemudian apakah berdampak juga terkait dengan penyaluran kredit perbankan
04:57Ya pemirsa untuk membahas tema kita kali ini kinerja penyaluran kredit perbankan di era suku bunga tinggi
05:03Kita sudah tersambung melalui Zoom bersama dengan Bapak David Sumwal Kepala Ekonom PT Bank Sentral Asia TBK
05:10Halo Pak David apa kabar?
05:12Kabar baik mas
05:13Baik dan terima kasih juga atas waktu yang disempatkan
05:16Menarik kalau kita cermati tadi sudah disampaikan begitu ya bahwa pergerakan dari suku pengacuan masih terus ditahan begitu
05:24Nah review terlebih dahulu terkait dengan penyaluran kredit perbankan begitu hingga penghujung tahun ini
05:30Apakah memang ya akhirnya sesuai juga dengan target dari ekonom
05:34Bagaimana dunia usaha juga sudah cukup nyaman dengan suku pengacuan saat ini Pak David
05:41Ya untuk sejauh ini sih sesuai target ya
05:44Kita perhatikan kan akhir tahun lalu perbankan menargetkan 10 sampai 12 persen
05:51Ini juga sesuai dengan target Bank Indonesia juga dan juga OJK ya
05:55Sekarang sampai November angkanya 10,8 mendekati 11 persen ya
06:03Nah secara keseluruhan kita lihat memang pemicu dari pertumbuhan kredit yang relatif baik ini adalah dari kredit korporasi ya
06:12Jadi minat korporasi-korporasi besar ini terhadap minat ekspansi mereka itu kelihatan masih cukup baik
06:21Jadi beberapa sektor itu masih tumbuh cukup pencang terkait dengan mineral, pertambangan, pharmaceutical, terus juga chemical juga cukup bagus ya
06:35Lalu juga beberapa manufaktur juga pertumbuhannya cukup baik untuk pertumbuhan kreditnya ya
06:42Tapi untuk yang pertumbuhan kredit UMKM memang sedikit melambat ya
06:49Ini kaitannya mungkin dengan meningkatnya angka NPL ya
06:54Jadi kalau kita perhatikan angka NPL untuk UMKM ini kan sudah di atas 4 persen ya
07:00Jadi kelihatan banyak bank itu juga mulai hati-hati
07:04Tapi untuk pertumbuhan kredit komersil maupun kredit korporasi masih cukup baik
07:08Lalu juga untuk kredit consumer juga ini pertumbuhannya relatif stabil lah ya
07:15Tidak melonjak tinggi juga tapi ya relatif baik juga
07:19Nah untuk kredit consumer terutama kita lihat memang terjadi perang suku bunga ya
07:26Kalau kita perhatikan ini hampir semua bank berbagai jenis bisnis model bank itu semua juga masuknya ke segmen ini ya
07:36Di kala pertumbuhan atau di kala bay rate itu sedang merangkak naik ya
07:43Sebelum diturunkan ini kan 2 tahun terakhir naik
07:47Tapi kita perhatikan suku bunga KPR itu malah kecenderungannya ketat ya
07:52Jadi kecenderungan malah turun gitu ya sekitaran 50 sampai 70 basis point
07:57Jadi memang persaingan relatif ketat untuk segmen ini
08:01Dan korporasi juga gak bisa naik juga karena kita lihat persaingan cukup ketat dan banyak bank yang masuk kesana
08:09Itu dia beberapa kredit yang masih menopang ya penyeluruhan kredit perbankan
08:13Yang memang tadi Anda katakan masih tumbuh double digit begitu
08:17Dan tadi ada kredit korporasi, kredit komersil, konsumsi
08:21Kecuali memang kredit UMKM yang ada perlambatan dengan tingkat non-performing loannya
08:27Yang justru mengalami kenaikan 4 persenan
08:29Nah Bank Sentral tadi sudah disampaikan menahan bay rate 6 persen
08:33Nah ini sesuai tidak sih sebenarnya dengan konsensus dari ekonomi sendiri?
08:38Ya sebenarnya kalau dari sisi fundamental
08:41Inflasi, neraca transaksi berjalan
08:45Lalu juga misalnya interest rate ya Indonesia ya
08:52Suku bunga antarbank itu sebenarnya masih ada ruang sedikit untuk menurunkan
08:56Tapi kelihatan memang dari segi portfolio ya ini terjadi outflow ya
09:02Terutama setelah Trump terpilih
09:04Itu jadi outflow yang lumayan ya di pasar obligasi maupun pasar saham
09:10Yang berimbas pada nilai tukar
09:13Jadi nilai tukar kita relatif tertekan
09:15Dan ini tentunya mempengaruhi ekspektasi otoritas moneter terhadap inflasi kita kedepan ya
09:24Karena kan produk-produk barang import bahan baku setengah jadi
09:30Ini masih banyak yang kita import dari luar
09:33Jadi kalau kursusnya melemah tentu akan mempengaruhi ekspektasi inflasi kedepan
09:40Itu kenapa Bank Indonesia kemarin itu masih menahan
09:44Menahan suku bunga BIR itu
09:46Oke berarti memang nampaknya eksternal ya yang masih menjadi konsen utama
09:50Ya konsennya kelihatannya masih eksternal apalagi sehari sebelumnya kan kita dengar VAT memang menurunkan
09:57Tapi ekspektasi penurunan untuk tahun depannya ini makin sedikit penurunannya yang kita harapkan tahun depan
10:04Tadinya kan kita berharap 100 basis point ya
10:08Dari statement petinggi VAT kemarin mungkin ekspektasinya hanya 50 basis point penurunan untuk suku bunga VATnya tahun depan
10:17Baik lantas sejauh mana dampak dari kembali tahannya suku bunga Cuan di level 6%
10:22Tadi terhadap penyeluruhan kredit perbankan ke depan begitu mengingat hidup akhir tahun
10:26Kemudian apakah proyeksi di tahun depan juga akan lebih baik lagi
10:29Tapi tahan dulu jawabannya kita akan jeda sebentar
10:31Dan pemirsa pastikan Anda masih bersama kami
10:43Ya terima kasih Anda masih bergabung bersama kami dalam market review
10:45Pemirsa berikut ini kembali kami sampaikan data untuk Anda terkait dengan risiko dari kredit perbankan
10:50Data per Oktober 2024 dari otoritas jasa keuangan
10:54Ya selengkapnya bisa Anda saksikan di layar televisi Anda
10:57Kita akan cermati pergerakannya ataupun perbandingannya dari Agustus, September dan juga Oktober
11:04Ya itu dia untuk rasio NPL grossnya tercatat di Oktober 2024 itu 2,2%
11:12Kalau kita bandingkan dengan bulan sebelumnya di September 2,21%
11:17Sementara untuk yang NPL netnya di Oktober 0,77%
11:21Sementara di bulan September 0,78%
11:24Dan loan at risk atau larnya dari kredit perbankan di bulan Oktober itu 9,94%
11:30Turun dibandingkan dengan September yang 10,11%
11:34Sementara dibandingkan dengan Agustus atau bulan sebelumnya lagi di 10,17%
11:40Dan berikutnya kita akan cermati dari sisi pertumbuhan ekonomi Indonesia
11:44Dari kuartal 1 2023 sampai dengan kuartal 3 2024
11:50Sempat menyentuh level 5,17% di kuartal kedua tahun 2023 lalu
11:56Kemudian turun lagi dan sempat naik di 5,11% pada kuartal 1 tahun 2024
12:02Kemudian cenderung melemah sampai dengan kuartal 3
12:05Sudah meninggalkan 5% secara tahunannya menjadi 4,95%
12:11Baik kita akan lanjutkan kembali perbincangan bersama dengan Bapak David Sumowal
12:14Kepala Ekonomi PT. Bank Sentral Asia TBK
12:17Baik Pak David kita akan lanjutkan kembali
12:20Dan berdasarkan data tadi yang sudah disampaikan
12:22Risiko kredit perbankan apa yang bisa kita cermati begitu
12:25Dari sisi tadi ada loan at risknya, larnya, kemudian ratio NPL net dan grossnya nih?
12:33Pak David
12:34Ya sebenarnya secara keseluruhan tadi NPL gross, NPL net masih cukup baik
12:39Walaupun memang tadi saya sampaikan sebelumnya beberapa segmen itu ada masalah
12:45Sedikit ada masalah ya, terutama di UMKM yang meningkat di atas 4%
12:50Namun secara keseluruhan untuk larnya, loan at risknya kan menurun tajam
12:57Sebenarnya sudah di posisi yang normal sekarang sekitar 9% itu
13:01Sebelum pandemi juga kisarannya sekitar itu
13:06Jadi kredit yang kira-kira kekhawatirannya bisa macet ya
13:11Tapi sebenarnya tidak setinggi itu ya
13:14Pada realisasinya tidak sampai 9%
13:18Dan ini angka yang normal sebelum pandemi juga kisarannya seperti itu
13:22Kita ingat waktu masa pandemi itu sempat melonjak sampai 25% itu
13:28Jadi loan at risknya, jadi kredit yang berisiko bisa macet gitu ya
13:33Dan kita wajar lah karena banyak sektor ketika itu kan memang berhenti beroperasi
13:39Jadi ini sudah normal dan saya pikir ke depan juga ada beberapa rencana dari pemerintah
13:45Untuk memperkuat lagi ya pertumbuhan kredit
13:49Dan ini masih ada ruang sebenarnya dari sisi permodalan maupun juga likuiditas
13:55Salah satunya kan yang kita harapkan itu juga ada hapus tagih ya
14:03Rencana hapus tagih untuk UMKM
14:05Tapi kita juga harus melihat bahwa perlu ada semacam aturan yang lebih clear ya
14:11Lebih sifatnya struktural untuk hapus tagih maupun
14:14Kalau hapus buku biasa dilakukan oleh perbankan ya
14:17Untuk kembali bisa mendorong pertumbuhan
14:20Hapus tagih ini memang kita mungkin perlu feasibility study
14:24Berkaca ke negara-negara lain
14:26Karena memang kalau secara agregat ini perlu dilakukan secara reguler juga
14:32Tapi dengan kriteria standar prosedur yang baku gitu
14:37Yang jelas supaya tidak timbul aji mumpung atau moral hazard ya
14:42Jadi jangan sampai orang nanti ambil kredit
14:45Kreditnya fiktif atau kriminal dan seterusnya
14:48Ini bisa kembali mengambil kredit karena ada kebijakan-kebijakan semacam hapus tagih ini
14:55Jadi memang ini sebenarnya biasa dilakukan di banyak negara
15:00Untuk kembali menggairahkan perekonomiannya
15:02Karena di setiap siklus itu kan pasti ada yang menang ada yang kalah ya
15:07Di bisnis misalnya ketika lagi siklus booming
15:11Ada ratusan yang muncul tapi kan pasti gak semuanya bisa bersaing bisa kompetitif ya
15:17Nah ini untuk memberikan kesempatan yang sama buat pelaku-pelaku bisnis itu
15:22Atau bahkan konsumen ya
15:24Kan banyak yang juga yang kena PHK gak bisa membayar cicilan ya
15:29Atau kita biarkan terus-menerus mereka tidak bisa mengambil kredit selamanya kan?
15:34Gak juga gitu ya
15:35Jadi ini sebenarnya biasa dilakukan restrukturisasi maupun kebijakan hapus tagih
15:41Kalau di Amerika tuh namanya chapter 11 untuk korporasi ya
15:44Ini biasa dilakukan tapi dengan prosedur yang jelas gitu ya
15:48Baik baik
15:49Nah pada fit level 6% saat ini sebenarnya cukup nyaman tidak sih bagi dunia usaha lah
15:54Di tengah tadi tekanan ekonomi global yang menjadi konsumen dari bank sentral juga
15:58Kemudian apakah berdampak nantinya terkait dengan penyeluruhan kredit perbankan
16:02Meskipun ya masih double digit pertumbuhannya
16:06Kemudian beberapa elemen kaitannya dengan risiko penyeluruhan kredit juga masih cukup oke saat ini
16:14Ya sebenarnya interest rate ini memang salah satu saja ya
16:18Variable yang diperhatikan oleh pengusaha sebelum mereka mengambil keputusan
16:24Untuk berekspansi atau melakukan suatu bisnis misalnya
16:30Tapi banyak pertimbangan-pertimbangan yang lain
16:33Terutama mungkin terkait dengan bahan baku, biayanya berapa, kenaikannya berapa
16:39Ekspektasi kenaikan harganya berapa
16:41Lalu juga upah, lalu juga overhead yang lain ya
16:45Biaya-biaya yang apa ya tanda kutip ya
16:49Tanda kutip siluman ini kan juga sering tidak diketahui ya
16:54Kalau misalnya ke depan mereka melihat prospeknya itu makin baik
17:00Sebenarnya mereka tidak terlalu melihat suku bunga juga
17:04Kita pernah mengalami suku bunga kita itu double digit ya
17:0815-16% tapi pertumbuhan kreditnya masih tinggi
17:12Jadi itu karena mereka melihat ekspektasi pertumbuhan usaha masih cukup baik
17:16Tapi sekarang kalau kita lihat walaupun suku bunga sudah kecenderungan menurun
17:21Tapi memang kelihatannya belum ada katalis baru ya
17:26Kita menunggu sebenarnya dari sisi investasi nih
17:30Jadi sebenarnya kunci supaya kita bisa tumbuh dari sekarang kisaran 5%
17:358% itu investasi karena kalau hanya mengandalkan konsumsi
17:39Dan tabungan domestik memang hitung-hitungan kami ini
17:43Pertumbuhan tidak akan jauh-jauh dari 5%
17:46Menarik juga kalau kita cermati berdasarkan jenis penggunaan kreditnya
17:50Ini adalah kredit investasi yang tumbuhnya tertinggi 13,63%
17:54Diikuti dari kredit konsumsi meskipun kita sudah singgung di awal
17:58Tapi Anda katakan investasinya menjadi benang merah dari seluruh aktivitas
18:02Geliat ekonomi Indonesia ke depan
18:04Lantas bagaimana Anda melihat dengan penyeluruhan kredit investasi yang tinggi
18:08Apakah realisasinya benar-benar sudah menjadi kenyataan
18:12Dan berdampak terhadap geliat ekonomi kita juga?
18:15Ya kredit investasi tinggi nah ini kaitannya dengan kredit korporasi yang saya katakan tadi
18:20Jadi kredit korporasi juga tumbuhnya double digit
18:23Nah ini berarti kan ada optimisme sebenarnya di sebagian pelaku usaha
18:28Untuk mulai berekspansi ya
18:30Karena mungkin sebelumnya mereka menunda
18:33Ada ketidakpastian politik
18:35Tahun ini bisa dibilang tahun politik ya
18:38Jadi mereka mungkin sekarang sudah lebih yakin dan mulai melakukan ekspansi di berbagai sektor
18:45Tapi ini belum cukup karena ini kan masih sebatas geliat yang didorong
18:52Utamanya domestik ya
18:55Kita berharap investasi langsung asingnya yang lebih kuat lagi
18:59Jadi kalau sekarang kisarannya dalam 5 tahun terakhir kan
19:04Mungkin sekitar 120 bilionan ya
19:07Kurang lebih ya
19:10FDI nya
19:11Ini kalau bisa kita naikkan 3 kali lipat
19:13Kalau bisa 3 kali lipat
19:15Itu artinya kita bisa ke arah pertumbuhan 8% itu bukan hal yang mustahil
19:21Apalagi kalau capital to output rasionya
19:24Atau sering kita sebut sebagai I Corp itu kita perbaiki
19:27Jadi efisiensi dan produktivitas dalam negerinya kita perbaiki
19:32Harapannya angka I Corp kita bisa turun
19:34Karena angka I Corp kita ini masih salah satu yang tertinggi di ASEAN ya
19:39Di antara negara-negara ASEAN
19:41Nah lantas dengan kondisi global
19:43Karena kita tahu apakah ini bisa menjadi salah satu peluang Indonesia
19:47Menarik investasi global tadi PMA begitu ke Indonesia
19:50Kita akan bahas nanti di segmen berikutnya
19:52Ditambah lagi dengan pelombahan rupiah yang sudah di 16.200an
19:55Pemirsa tetaplah bersama kami
20:07Ya masih berbincang bersama dengan Bapak David Semua
20:09Bila adalah Kepala Ekonomi Bank Sentral Asia TBK
20:11Baik, Pak David ini menarik kalau kita cermati dengan pergerakan nilai tukah rupiah
20:16Memang ini menjadi concern juga dari Bank Sentral akhirnya
20:19Di 16.200an saat ini
20:21Bagaimana tanggapan Anda?
20:23Seperti saya sampaikan di depan tadi Mas
20:25Jadi terjadi outflow ya di banyak negara emerging
20:31Bukan hanya Indonesia
20:33Pas terpilihnya Trump karena ada ekspektasi
20:35Trump ini akan menaikkan tarif ya
20:38Untuk produk China itu sampai 60%
20:40Lalu produk-produk di luar China itu bahkan sampai 20%
20:45Dan ini ekspektasinya inflasi akan tetap tinggi di Amerika ya
20:49Dan itu mencegah Fed untuk menurunkan suku bunga secara drastis tahun depan
20:54Ekspektasinya tadinya 100 basis point
20:56Sekarang tinggal 50 basis point
20:59Jadi ini diperkenalkan lagi dengan 2 hari lalu
21:02Fed menetapkan bahwa turun 25 basis point
21:06Tapi ke depan mereka mengurangi, meng-cut ekspektasi penurunannya
21:11Nah ini yang direaksi pasar dengan menjual ya
21:15Kita lihat aset-aset yang kita anggap tanda putih priski
21:20Seperti saham ya
21:22Terus juga saham-saham teknologi kita lihat juga menurun
21:26Dan saham-saham dan juga aset di emerging market ya
21:31Jadi Bali investor itu risk off dulu
21:35Kalau risk off itu biasanya larinya ke US dollar gitu ya
21:39Ini yang membuat rupiah kita melemah
21:41Dan bukan satu-satunya yang melemah
21:43Kita lihat juga bahkan ada yang turunnya cukup drastis
21:46Seperti di pasar modal India maupun mata uang rupiah
21:50Itu turunnya cukup signifikan
21:52Baik, Pak David ini menarik kalau kita cermati juga ya
21:55Dengan kondisi global tadi
21:56Begitu di satu sisi kemarin rancang perdagangan kita surplus
21:59Tapi kan kinerja ekspor maupun impornya bahkan yang turun lebih jauh lagi
22:04Apakah karena dampak dari pelemahan rupiah
22:06Dan sejauh mana pelemahan dari importasi itu kan
22:09Karena kita masih mengandalkan bahan baku dari luar negeri
22:12Kemudian rupiah juga yang mengalami tekanan
22:14Apakah nanti akan menggerus juga nih
22:17Roda aktivitas-produktivitas di industri dalam negeri
22:22Sehingga berdampak terkait dengan tadi
22:24Pinjaman-pinjaman yang mereka ataupun industri lakukan kepada perbankan
22:29Ya ini sebenarnya apalagi untuk korporasi menengah besar
22:33Mereka biasanya juga sudah mulai terbiasa dengan naik turunnya rupiah
22:38Dan mereka sebenarnya banyak juga yang sudah tidak terlampau peduli
22:42Dengan naik turunnya rupiah dengan melakukan kebijakan hedging
22:47Jadi ya kalau spekulasi terhadap rupiah akan melemah, menguat
22:52Kadang-kadang jadi nggak konsen dengan bisnisnya sendiri
22:56Kan sebenarnya bisnis sendiri bagaimana untuk meningkatkan performa dari bisnisnya
23:00Bagaimana penjualan meningkat, proyeknya berhasil dan seterusnya
23:04Tapi kadang-kadang kan konsentrasi jadi terpecah karena masalah kursi
23:08Kalian perhatikan sebagian besar apalagi untuk korporasi besar
23:12Sudah hampir semuanya mereka sudah mulai melakukan hedging
23:15Jadi mereka paling tidak ini juga membantu korporasi mereka sendiri di satu sisi
23:21Di sisi lain juga membantu Bank Indonesia ya dalam mengendalikan nilai tukar
23:28Jadi tidak terjadi penggelembungan permintaan dalam satu periode tertentu
23:34Itu kan kalau misalnya ada ekspektasi rupiah melemah itu kan biasanya
23:39Tadinya mau impornya dua bulan lagi dari sekarang sudah dilakukan sekarang
23:43Atau sebaliknya ya, ini sehingga membuat mata uang kita fluktuatif
23:47Baik, Pak David terakhir
23:49Bagaimana dengan langkah mitigasi dan strategis yang harus dilakukan
23:53Bank Indonesia, pemerintahan untuk menjaga sektor usaha tetap bergeliat di tahun depan
23:59Dan proyeksi dari BI rate sendiri akan ada potensi turun atau bagaimana?
24:04Untuk BI rate masih ada potensi mungkin ya seiring FED menurunkan suku bunga
24:11Tapi ya terbatas ya karena memang outflownya masih relatif kuat dari negara-negara emerging market
24:18Kalau dari sisi pemerintah yang saya pikir ya kebijakan tetap konsisten
24:23Melanjutkan kebijakan sebelumnya tapi tetap tadi roadmapnya dan juga
24:29Lebih komprehensif dalam memberikan kebijakan-kebijakan sehingga ada kepastian
24:35Buat dunia usaha kedepannya
24:37Baik, berarti tetap ada optimisme potensi turun pun juga masih tetap terbuka ya
24:42Untuk dari suku pengacuan Bank Indonesia
24:44Baik Pak David terima kasih banyak atas waktu sharing dan juga analisis yang sudah anda sampaikan
24:48Kepada pemirsa pada hari ini
24:50Selamat melanjutkan aktivitas anda kembali
24:52Salam sehat dan sampai berjumpa kembali
24:54Pak David terima kasih

Recommended