Lewati ke pemutarLewatkan ke konten utamaLewati ke footer
  • kemarin dulu
JAKARTA, KOMPAS.TV - Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana mengatakan, penyebab ratusan anak keracunan makan bergizi gratis (MBG) di Bogor adalah kontaminasi dua jenis bakteri, Escherichia coli (E. coli) dan Salmonella.

Dadan menyatakan, kedua bakteri tersebut ditemukan pada bahan baku makanan, yang terdapat di telur dan sayuran yang dikonsumsi anak-anak.

Ia menyebut temuan keracunan akibat bakteri ini menjadi peringatan bagi BGN, untuk terus memperbaiki program MBG. Sebagai informasi, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor mencatat total korban mencapai 223 orang, hingga Selasa (13/5/2025).

Baca Juga BGN Tutup Sementara Layanan MBG SPPG Bosowa Bina Insani Buntut Keracunan 223 Siswa di Bogor di https://www.kompas.tv/regional/593291/bgn-tutup-sementara-layanan-mbg-sppg-bosowa-bina-insani-buntut-keracunan-223-siswa-di-bogor



Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/nasional/593307/full-penjelasan-kepala-bgn-soal-kasus-keracunan-makan-bergizi-gratis-di-bogor
Transkrip
00:00Oke, untuk yang di Bogor ya, perlu saya jelaskan backgroundnya.
00:10Jadi, Satuan Pelayanan Pembunuhan Gizi di Boswa Bina Insani
00:17yang adalah salah satu proyek percontohan badan gizi
00:20di mana kantin sekolah itu dijadikan menjadi Satuan Pelayanan Pembunuhan Gizi.
00:28Kenapa kita pilih Boswa Bina Insani?
00:31Karena Boswa Bina Insani memiliki fasilitas kantin yang menurut kami
00:38itu sudah sangat memadai, besar, bersih, dan lain-lain.
00:42Sehingga kami jadikan menjadi Satuan Pelayanan Pembunuhan Gizi
00:46untuk menjawab, satu, bahwa kita bisa melihat ada sekolah
00:53yang bisa menyalahkan Satuan Pelayanan Pembunuhan Gizi.
00:55Yang kedua, delivery-nya juga sangat mudah karena in-house.
01:00Kemudian yang ketiga, kita bisa lihat bahwa
01:03makan bergizi dengan kantin sekolah bisa bersinergi.
01:09Dan itu sudah berlangsung sejak 6 Januari.
01:13Jadi, sudah mulai dari awal, ini menjadi proyek percontohan
01:16dan sejauh ini kan baik-baik saja ya aman
01:20sampai akhirnya terjadi pada hari Selasa kemarin.
01:24Dan kemudian kejadian di Bogor ini dibandingkan dengan kejadian di Pecianjur,
01:30di Pusukuharjo, di Bandung, di Tasik, di Pali, termasuk yang berbeda.
01:38Kenapa?
01:38Karena di tempat lain itu, kalau kejadian konsumsi makan
01:42di pagi atau siang hari, maka reaksinya akan terjadi di sore hari.
01:48Kemudian, kalau ada yang perlu ditangani,
01:50menginap, rawat inap, kemudian sehari, dua hari kemudian setelah selesai.
01:54Nah, yang di Bogor ini agak slow reaksi,
01:58jadi reaksi lambat.
02:00Jadi, makannya hari Selasa, reaksinya baru diketahui hari Rabu,
02:04dan peningkatan yang mengeluhnya justru terjadi di hari Kamis dan Jumat.
02:10Jadi, ini sesuatu yang sangat berbeda,
02:13sehingga pada hari Rabu-Kamis itu,
02:17Satuan Pelayanan masih tetap berjalan,
02:19meskipun saya tanya karena saya mendapatkan laporan lebih awal
02:22dibandingkan laporan dari sana.
02:23Dan saya cross-check, untuk sekolah lain aman,
02:28hanya ada beberapa keluhan dari anak PK.
02:31Jadi, saya minta laporan setiap saat,
02:34tapi kemudian Dinkes akhirnya turun tangan
02:37dan melihat bahwa jumlah yang mengeluh itu semakin hari,
02:43semakin besar.
02:44Sehingga Dinas Kesehatan Kota Bogor menetapkan KLB.
02:51Nah, ini penting sekali penetapan KLB ini,
02:53agar pemerintah daerah bisa menangani seluruh penerima manfaat yang berobat.
03:01Itu penetapan KLB untuk seperti itu.
03:04Dan kami sudah cek bahwa penyebabnya,
03:09ini sudah keluar dari lab,
03:10bahwa ada kontaminasi salmonella dan ekoli dari bakteri.
03:18Itu ada di air, ada di bahan baku, di telur, dan juga ada di sayuran.
03:25Dari laporan sih, saya bertanya juga dengan korbannya,
03:32bahwa tidak ada hal yang menculikakan terkait dengan itu.
03:35Karena waktu makan pun bisa dengan lahap mengkonsumsi tersebut.
03:40Jadi, ini peringatan buat artinya sesuatu yang harus kita perbaiki.
03:47Dan saya prihatin dengan kejadian ini,
03:49karena badan gijikan sedang menargetkan untuk nol kejadian.
03:53Tapi ini kejadian,
03:55dan juga sedang ada wacana untuk agar sekolah lebih diaktifkan di dalam
04:00penyelenggaraan program makan bergiji.
04:04Dan dengan kejadian di Boswa Bina Insani,
04:08kita mungkin akan berpikir bahwa ini bukan hanya masalah
04:12bagaimana niat baik memberikan makanan,
04:17tapi juga kita harus meningkatkan standar operating procedure
04:21terkait mengolah makanan.
04:23Karena ini terkait dengan keselamatan.
04:26Jadi, setiap kali ada kejadian,
04:28kan ada orang yang terkena,
04:30kemudian sakit,
04:32kemudian ada orang tua yang khawatir,
04:35ada kepercayaan publik yang terganggu,
04:37dan sebagainya.
04:38Sehingga kita menetapkan beberapa langkah.
04:43Yang pertama,
04:44kita ingin lebih selektif di dalam pemilihan mahan baku.
04:49Kemudian kita akan memendekkan waktu processing
04:52antara penyiapan dan processing,
04:56termasuk menyiapkan untuk delivery.
04:58Itu kita akan perpendekkan beberapa SPPG,
05:01karena yang baru-baru masih butuh waktu lama untuk memasak,
05:04kita akan bersikap waktunya.
05:06Kemudian pada saat pengiriman pun,
05:08kita akan perketat ya mekanismenya,
05:11dan termasuk juga memperketat waktu
05:14antara pengiriman sampai di sekolah
05:17dengan waktu konsumsi.
05:19Karena ada kejadian,
05:21delivery-nya tepat waktu,
05:22tapi karena ada kegiatan di sekolah,
05:25makannya agak terlambat,
05:27sehingga makanan itu terlalu lama disimpan.
05:30Nah, sekarang kita perketat,
05:31kemudian mungkin juga kita,
05:34karena selama ini ada anak yang ingin bawa pulang ke rumah,
05:38Nah, ini mungkin kita sudah akan harus perketat,
05:42supaya tidak terjadi,
05:43karena masakan ini kan ada batas waktunya untuk dikonsumsi.
05:47Nah, kemudian dari beberapa kejadian di Cianjur,
05:51di Bandung, di Tasik,
05:53dan juga di Bogor,
05:55ini kejadiannya justru jika terjadi pada SPPG,
05:58yang sudah 3-4 bulan melakukan pelayanan.
06:02Jadi, mungkin karena aman setiap hari,
06:06sudah merasa terbiasa,
06:09sehingga kami melihat butuh penyegaran.
06:14Ya, butuh penyegaran,
06:15sehingga setiap 2-3 bulan,
06:18kita akan lakukan training ulang,
06:21untuk para penjamah makanan,
06:23supaya kewaspadaan terus ditingkatkan,
06:25standar kualitas tetap dijaga,
06:28supaya rutinitas itu tidak membiuskan mereka,
06:33kelancaran yang selama ini juga tidak membuat mereka terdina bubukan,
06:38sehingga mereka selalu meningkatkan kualitas pelayanan,
06:43dan tetap menjaga kualitasnya.
06:44Nah, terkait dengan tadi ada pertanyaan,
06:48apakah ada aspek-aspek di mana kualitas makanan diirin,
06:53segala macam, itu tidak ada.
06:56Kenapa?
06:56Karena dengan ketetapan ethos,
07:01itu tidak ada gunanya seperti itu.
07:03Jadi, kenapa kami meletapkan ethos untuk bahan baku dan operasional?
07:07Karena yang kami jaga adalah kualitas makanan.
07:11Jadi, harga itu baik naik maupun turun,
07:13tidak boleh mempengaruhi kualitas makanan naik,
07:17kita akan tambahkan kekurangannya,
07:20turun, kita akan carry over, akan simpan dananya.
07:24Jadi, tidak ada gunanya mengirit dari bahan baku, ya, seperti itu.
07:28Karena yang kita tetapkan adalah ethos.
07:33Nah, kemudian, sementara ini,
07:36untuk di Bosomi dan Sani, kita stop dulu.
07:39Kita akan lakukan evaluasi mendasar
07:42inspeksi sudah dilakukan,
07:45misalnya ada keinginan meningkatkan aspek higienis.
07:50Di satuan pelayanannya,
07:52meskipun kita sudah lihat bahwa itu
07:54salah satu kantin yang paling bagus lah di Bogor, ya,
07:58yang ada dimiliki oleh sekolah,
08:00tetap harus dinaikkan kelasnya
08:02dengan mengikuti standar badan gizi.
08:04Kemudian, kita akan melihat
08:08seberapa lama itu akan bisa dipenuhi,
08:12dan selama itu masih belum terpenuhi,
08:15mungkin kita akan nantikan sementara
08:17sampai akhirnya bisa yakin bahwa nanti
08:20kalau jalan lagi itu bisa berjalan lebih baik.
08:24Ya, untuk sementara ini kan kita handle
08:35pemerintah yang menghandle terkait biaya pengobatannya.
08:39Secara personal kita sudah dilakukan,
08:43cuma saya tidak enaklah mengungkapkannya.
08:46Jadi ada beberapa pasien yang kita datangin,
08:50kemudian ya,
08:51bukan dari BGN lah,
08:53sementara ini dari personal, ya,
08:54dari personal,
08:55karena kita sedang mencari mekanisme
08:57bagaimana kontenisasi untuk hal-hal yang seperti ini,
09:00karena tidak pernah terpikirkan,
09:01karena kami kan tidak menginginkan ini terjadi,
09:05kami inginkan hanya nol kejadian,
09:06tapi secara personal kita sudah lakukan.
09:08contoh misalnya seperti yang di Janjur,
09:12ada misalnya salah satu orang tuanya
09:15penjual gubur, ya,
09:17nanti dua hari di rumah sakit,
09:19tidak jualan, ya,
09:21secara diam-diam kita berikan kompensasi
09:23untuk ketidakjualannya itu.
09:26Di Bogor juga ada berkian.
09:27Terima kasih.
09:38Ya gini, kalau asuransi kita sudah bekerjasama
09:43untuk ke para pekerja atau relawan yang terlibat
09:48dalam program makanan bergici dengan BPJSTK, ya.
09:51Jadi seluruh pekerja ini kita berusaha untuk lindungi
09:55agar mereka merasa aman dan nyaman bekerja
09:58di Satuan Painan Pembangunan Gici.
10:01Terkait dengan asuransi untuk penerima manfaat,
10:05ini masih dalam wacana, ya.
10:06Kenapa wacana? Karena produknya pun belum ada di Indonesia.
10:10Jadi kami sudah koordinasi dengan OJK
10:14bahwa produk menyeluruh terkait dengan penerima manfaat ini
10:17belum ada produknya.
10:18Karena ada dua asosiasi yang mungkin akan terlibat
10:22dalam hal seperti ini, yaitu asosiasi asuransi umum
10:25dan asosiasi asuransi jiwa.
10:29Nah, kita belum secara pendetil
10:33bagaimana mekanismenya, kemudian berapa besar
10:38premi yang harus diteluarkan.
10:41Jadi belum sampai ke arah situ dan terus terang
10:44kita kan belum secara intensif juga
10:47berbicara terkait dengan ini dengan Pak Presiden.
10:50Jadi nanti apakah diizinkan atau tidak
10:55ada mekanisme lain, ini baru kita sedang melihat
10:59ada usulan dari komisioner OJK untuk melihat
11:05asuransi di dalam program makanan ini.
11:09Jadi ini baru saat itu.
11:16Kalau untuk asuransi keadaan kerja itu clear ya,
11:21kalau itu akan ditakutkan biaya operasional,
11:24dimana kan di setiap satu pelayanan ada biaya operasional
11:27termasuk jadi pegawai kan.
11:29Nah, itu akan ada top up untuk asuransi mereka.
11:33Tapi untuk program makan bergisinya
11:35atau terima manfaatnya belum sampai ke arah situ.
11:39Ini bisa jadi evaluasi buat penguatan program
11:42makan bergisi gratis pada periode berikutnya.
11:45Oke.
12:03Bukan, bukan usulkan beliau melihat
12:07penerima seribu hari pertama penting sekali
12:11karena memang beliau kan memang berkecimpung
12:13di bidang itu selama ini.
12:15Dan itu sudah di cover dalam program makan bergisi.
12:17Seperti diketahui bahwa penerima manfaat
12:20program makan bergisi itu kan ibu hamil,
12:23ibu menyusui, anak balita, kemudian anak sekolah
12:26dari PAUD sampai SMA.
12:28Jadi sudah ter-cover di situ.
12:30Jadi sudah bukan sesuatu yang baru.
12:32Oke, baik ya.
12:33Ya, kan BPJS belum tentu semuanya tetap-tetap di BPJS.
12:44Tetapi begini, bahwa itu merupakan konsekuensi
12:48yang harus dipikirkan oleh MBG
12:51ketika memang nanti ke depannya ada ekses seperti itu
12:55yang pemerintah harus bertanggung jawab.
12:57Nah, cuma mekanismenya seperti apa,
12:59kan ini proses investigasinya juga masih berlangsung ya.
13:01Nah, tetapi yang jelas kebusman akan memberikan saran-saran
13:06dan memantau isu ini
13:07dan nanti akan memberikan saran terkait persoalan ini,
13:11solusi ke depan harus apa.
13:12Tetapi intinya ya pemerintah harus bertanggung jawab
13:14karena ini program pemerintah.
13:16Nah, yang sakit ya harus ditangani dulu dong.
13:18Jangan dulu, saya bawa orang sakit,
13:20ributin siapa yang bayar, tangani dulu.
13:23Apalagi ini anak-anak siswa kita, gitu kan.
13:25Ini program pemerintah, saya yakin pemerintah juga tidak akan tinggal diam
13:28dalam mengatasi persoalan ini.
13:30Oke, baik, cukup ya Bapak-Ibu semuanya.
13:35Terima kasih dan nantikan update ke pengawasan hendusman
13:41setelah kami nanti melakukan uji petik di 34 provinsi.
13:46Mudah-mudahan bisa asing cepatnya.
13:47Terima kasih.
13:48Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
13:50Selamat menikmati.

Dianjurkan