Pura Goa Lawah di Klungkung merupakan pura yang terdapat pada sebuah gua yang didalamnya dihuni sekumpulan kelelawar. Kata Goa berarti Goa/Gua (lubang) dan Lawah di Bali memiliki arti kelelawar, jadi Goa Lawah memiliki arti "gua yang dihuni oleh kelelawar". Dari ribuan jumlah pura di Bali, beberapa di antaranya berstatus Pura Khayangan Jagat, salah satunya Pura Goa Lawah. Pura ini berdiri di wilayah pertemuan antara pantai dan perbukitan dengan sebuah gua yang dihuni beribu-ribu kelelawar. Lontar Padma Bhuwana menyebutkan Pura Goa Lawah merupakan salah satu kayangan jagat/sad kahyangan sebagai sthana Dewa Maheswara dan Sanghyang Basukih, dengan fungsi sebagai pusat nyegara-gunung.
Dalam beberapa lontar, sekilas ada yang menyimpulkan secara garis besarnya bahwa pura-pura besar yang berstatus Kahyangan jagat dan Sad Kahyangan di Bali dibangun oleh pendeta terkenal, Mpu Kuturan pada tahun 929 Saka atau 1007 Masehi. Fakta ini dibuktikan dengan disebutnya Pura Goa Lawah dalam lontar Mpu Kuturan.
Sebagaimana dihimpun Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Klungkung yang mempersiapkan penerbitan buku tentang Pura Goa Lawah, diceritakan, Mpu Kuturan datang ke Bali abad X saat pemerintahan dipimpin Anak Wungsu, adik Raja Airlangga. Airlangga sendiri memerintah di Jawa Timur (1019-1042). Ketika tiba, Mpu Kuturan menemui banyak sekte di Bali. Melihat kenyataan itu, Mpu Kuturan kemudian mengembangkan konsep Tri Murti dengan tujuan mempersatukan semua sekte tersebut.
Kedatangan Mpu Kuturan membawa perubahan yang sangat besar di wilayah ini, terutama mengajarkan masyarakat Bali tentang cara membuat pemujaan terhadap Sang Hyang Widhi yang dikenal dengan sebutan kahyangan atau parahyangan.
Di samping nama Mpu Kuturan, patut juga dicatat perjalanan Danghyang Dwijendra atau Danghyang Nirartha yang dikenal juga dengan gelar Pedanda Sakti Wawu Rawuh. Maha pandita ini berada di Bali saat dipimpin Raja Dalem Waturenggong (1460-1550 Masehi), seorang raja yang membawa kejayaan Nusa Bali. Danghyang Nirartha merupakan pendeta yang melakukan tirthayatra ke seluruh pelosok Pulau Bali, termasuk juga ke Pulau Lombok dan Sumbawa.
Kaitannya dengan Pura Goa Lawah. Lontar Dwijendra Tatwa menyebutkan perjalanan Danghyang Nirartha diawali dari Gelgel menuju Kusamba. Namun di Kusamba, Danghyang Nirartha justru tidak berhenti. Perjalanannya berlanjut hingga ke Goa Lawah.
#Sejarah #Bali #SejarahBali
======================================
Connect with us on website and social media :
WEBSITE : https://www.sejarahbali.com
FACEBOOK : https://www.facebook.com/sejarahbalichannel
INSTAGRAM : https://www.instagram.com/SejarahBali
TWITTER : https://twitter.com/SejarahBali
YOUTUBE : https://www.youtube.com/SejarahBaliChannel
TIKTOK : https://www.tiktok.com/@sejarahbalicom
DAILYMOTION : https://www.dailymotion.com/sejarahbali
TELEGRAM : https://t.me/sejarahbalicom
THREADS : https://www.threads.net/@sejarahbali
======================================
Dalam beberapa lontar, sekilas ada yang menyimpulkan secara garis besarnya bahwa pura-pura besar yang berstatus Kahyangan jagat dan Sad Kahyangan di Bali dibangun oleh pendeta terkenal, Mpu Kuturan pada tahun 929 Saka atau 1007 Masehi. Fakta ini dibuktikan dengan disebutnya Pura Goa Lawah dalam lontar Mpu Kuturan.
Sebagaimana dihimpun Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Klungkung yang mempersiapkan penerbitan buku tentang Pura Goa Lawah, diceritakan, Mpu Kuturan datang ke Bali abad X saat pemerintahan dipimpin Anak Wungsu, adik Raja Airlangga. Airlangga sendiri memerintah di Jawa Timur (1019-1042). Ketika tiba, Mpu Kuturan menemui banyak sekte di Bali. Melihat kenyataan itu, Mpu Kuturan kemudian mengembangkan konsep Tri Murti dengan tujuan mempersatukan semua sekte tersebut.
Kedatangan Mpu Kuturan membawa perubahan yang sangat besar di wilayah ini, terutama mengajarkan masyarakat Bali tentang cara membuat pemujaan terhadap Sang Hyang Widhi yang dikenal dengan sebutan kahyangan atau parahyangan.
Di samping nama Mpu Kuturan, patut juga dicatat perjalanan Danghyang Dwijendra atau Danghyang Nirartha yang dikenal juga dengan gelar Pedanda Sakti Wawu Rawuh. Maha pandita ini berada di Bali saat dipimpin Raja Dalem Waturenggong (1460-1550 Masehi), seorang raja yang membawa kejayaan Nusa Bali. Danghyang Nirartha merupakan pendeta yang melakukan tirthayatra ke seluruh pelosok Pulau Bali, termasuk juga ke Pulau Lombok dan Sumbawa.
Kaitannya dengan Pura Goa Lawah. Lontar Dwijendra Tatwa menyebutkan perjalanan Danghyang Nirartha diawali dari Gelgel menuju Kusamba. Namun di Kusamba, Danghyang Nirartha justru tidak berhenti. Perjalanannya berlanjut hingga ke Goa Lawah.
#Sejarah #Bali #SejarahBali
======================================
Connect with us on website and social media :
WEBSITE : https://www.sejarahbali.com
FACEBOOK : https://www.facebook.com/sejarahbalichannel
INSTAGRAM : https://www.instagram.com/SejarahBali
TWITTER : https://twitter.com/SejarahBali
YOUTUBE : https://www.youtube.com/SejarahBaliChannel
TIKTOK : https://www.tiktok.com/@sejarahbalicom
DAILYMOTION : https://www.dailymotion.com/sejarahbali
TELEGRAM : https://t.me/sejarahbalicom
THREADS : https://www.threads.net/@sejarahbali
======================================
Category
📚
Learning