SURABAYA, KOMPAS.TV - Haji Oemar Said Tjokroaminoto, atau HOS Tjokroaminoto, dikenal sebagai "Raja Jawa Tanpa Mahkota" karena pemikirannya yang berpengaruh bagi Indonesia.
Jasa-jasanya bagi negeri ini terabadikan dalam rumah tinggalnya, yang kini menjadi museum di kawasan Peneleh, Kota Surabaya, Jawa Timur.
Gang Peneleh 7 Surabaya memiliki makna historis yang mendalam. Di rumah berukuran 9 x 20 meter ini, Sarekat Islam berkembang di bawah kepemimpinan HOS Tjokroaminoto.
Rumah ini juga menjadi tempat indekos dan belajar bagi banyak tokoh besar bangsa.
Awalnya, rumah ini dimiliki oleh Roeslan Abdul Gani, seorang tokoh pergerakan muda yang juga pernah menjabat sebagai Menteri Luar Negeri di era Orde Lama. Namun, pada tahun 1906, rumah ini berpindah tangan ke HOS Tjokroaminoto.
Meskipun telah mengalami beberapa perubahan, bagian luar rumah tetap dijaga keasliannya. Bangunan ini terdiri dari dua lantai.
Di lantai pertama, terdapat ruang tamu yang digunakan Tjokroaminoto untuk menerima kunjungan.
Di balik ruang tamu, terdapat kamar utama miliknya bersama sang istri, Suharsikin.
Sementara itu, tiga kamar anak-anaknya kini telah dipugar dan dialihfungsikan menjadi ruang pamer koleksi buku HOS Tjokroaminoto serta kolase foto perjuangannya dalam membesarkan Sarekat Islam, organisasi politik pertama di Indonesia yang berjuang untuk kemerdekaan.
Lantai dua rumah ini menjadi tempat indekos bagi para aktivis muda, yang kelak menjadi tokoh penting bangsa.
Beberapa di antaranya adalah Semaun, Musso, Alimin, Kartosoewirjo, Herman Kartowisastro, dan Presiden pertama Indonesia, Soekarno.
Kini, rumah HOS Tjokroaminoto di Peneleh, Surabaya, terbuka untuk umum sebagai museum.
Tempat ini menjadi media pembelajaran bagi masyarakat yang ingin memahami pemikiran para tokoh bangsa.
Bagi yang ingin berkunjung, tiket dapat diakses melalui situs resmi wisata Pemerintah Kota Surabaya. Museum ini buka dari hari Selasa hingga Minggu.
#surabaya #sejarah
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/regional/575531/rumah-peninggalan-hos-tjokroaminoto-penuh-histori-jadi-museum-edukasi-bersejarah
Jasa-jasanya bagi negeri ini terabadikan dalam rumah tinggalnya, yang kini menjadi museum di kawasan Peneleh, Kota Surabaya, Jawa Timur.
Gang Peneleh 7 Surabaya memiliki makna historis yang mendalam. Di rumah berukuran 9 x 20 meter ini, Sarekat Islam berkembang di bawah kepemimpinan HOS Tjokroaminoto.
Rumah ini juga menjadi tempat indekos dan belajar bagi banyak tokoh besar bangsa.
Awalnya, rumah ini dimiliki oleh Roeslan Abdul Gani, seorang tokoh pergerakan muda yang juga pernah menjabat sebagai Menteri Luar Negeri di era Orde Lama. Namun, pada tahun 1906, rumah ini berpindah tangan ke HOS Tjokroaminoto.
Meskipun telah mengalami beberapa perubahan, bagian luar rumah tetap dijaga keasliannya. Bangunan ini terdiri dari dua lantai.
Di lantai pertama, terdapat ruang tamu yang digunakan Tjokroaminoto untuk menerima kunjungan.
Di balik ruang tamu, terdapat kamar utama miliknya bersama sang istri, Suharsikin.
Sementara itu, tiga kamar anak-anaknya kini telah dipugar dan dialihfungsikan menjadi ruang pamer koleksi buku HOS Tjokroaminoto serta kolase foto perjuangannya dalam membesarkan Sarekat Islam, organisasi politik pertama di Indonesia yang berjuang untuk kemerdekaan.
Lantai dua rumah ini menjadi tempat indekos bagi para aktivis muda, yang kelak menjadi tokoh penting bangsa.
Beberapa di antaranya adalah Semaun, Musso, Alimin, Kartosoewirjo, Herman Kartowisastro, dan Presiden pertama Indonesia, Soekarno.
Kini, rumah HOS Tjokroaminoto di Peneleh, Surabaya, terbuka untuk umum sebagai museum.
Tempat ini menjadi media pembelajaran bagi masyarakat yang ingin memahami pemikiran para tokoh bangsa.
Bagi yang ingin berkunjung, tiket dapat diakses melalui situs resmi wisata Pemerintah Kota Surabaya. Museum ini buka dari hari Selasa hingga Minggu.
#surabaya #sejarah
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/regional/575531/rumah-peninggalan-hos-tjokroaminoto-penuh-histori-jadi-museum-edukasi-bersejarah
Kategori
🗞
Berita