JAKARTA, KOMPAS.TV - Dosen Peneliti Tenaga Kerja Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB, Muhammad Yorga Permana melihat kebijakan efisiensi anggaran untuk merampingkan anggaran belanja yang terjadi saat ini adalah sebuah paradoks, ketika struktur kabinet pemerintahan besar.
"Kenapa ada Stafsus seorang public opinion leader yang mungkin gajinya besar. Jadi kan ada paradoks di sana; efisiensi ini buat apa? Yang kita harapkan untuk pertumbuhan ekonomi dengan cara salah satunya menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan produktivitas. Tapi (yang terjadi) lebih banyak misalkan untuk makan siang bergizi gratis," ungkapnya.
Menurut Yorga, tidak ada yang salah dengan makan bergizi gratis. Namun jika terlalu besar, bisa mengorbankan sektor lain. Maka, akan lebih baik jika pemerintah memilih mana yang menjadi prioritas utama. Sebab, ia melihat prioritas pemerintah hari ini bukan bicara tentang penciptaan lapangan kerja atau peningkatan standar buruh buruh, namun lebih kepada hal yang sifatnya gimmick tapi hasilnya tidak akan terasa langsung pada masyarakat.
Yorga Permana mengatakan saat ini untuk meningkatkan jumlah kelas menengah adalah dengan tersedianya lapangan kerja yang layak. Sebab, bansos atau makan siang gratis saja tidak bisa menaikkan jumlah kelas menengah.
"Kerja yang baik itu adalah kerja yang layak. Bukan hanya bekerja, tapi jangan ada ke-was-wasan kapan saja mereka bisa dipecat. Misalkan ILO (International Labour Organization) bikin parameter kerja layak itu apa. Kenyamanan, security, ada safety net, ada social protection, asuransi, BPJS dan ada kebebasan berserikat. Ada waktu kerja yang tidak eksploitatif sampai malam. Jadi parameter kerja layak itu kan banyak. Pertanyaannya, kerja kita hari ini sudah layak belum?", ungkapnya.
Selengkapnya saksikan di kanal youtube KompasTV.
https://youtu.be/bUQMEtalP4M?si=GmAbIR53fHcOnRXV
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/talkshow/574160/viral-kaburajadulu-peneliti-paradoks-efisiensi-anggaran-tapi-kabinet-gemuk-rosi
"Kenapa ada Stafsus seorang public opinion leader yang mungkin gajinya besar. Jadi kan ada paradoks di sana; efisiensi ini buat apa? Yang kita harapkan untuk pertumbuhan ekonomi dengan cara salah satunya menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan produktivitas. Tapi (yang terjadi) lebih banyak misalkan untuk makan siang bergizi gratis," ungkapnya.
Menurut Yorga, tidak ada yang salah dengan makan bergizi gratis. Namun jika terlalu besar, bisa mengorbankan sektor lain. Maka, akan lebih baik jika pemerintah memilih mana yang menjadi prioritas utama. Sebab, ia melihat prioritas pemerintah hari ini bukan bicara tentang penciptaan lapangan kerja atau peningkatan standar buruh buruh, namun lebih kepada hal yang sifatnya gimmick tapi hasilnya tidak akan terasa langsung pada masyarakat.
Yorga Permana mengatakan saat ini untuk meningkatkan jumlah kelas menengah adalah dengan tersedianya lapangan kerja yang layak. Sebab, bansos atau makan siang gratis saja tidak bisa menaikkan jumlah kelas menengah.
"Kerja yang baik itu adalah kerja yang layak. Bukan hanya bekerja, tapi jangan ada ke-was-wasan kapan saja mereka bisa dipecat. Misalkan ILO (International Labour Organization) bikin parameter kerja layak itu apa. Kenyamanan, security, ada safety net, ada social protection, asuransi, BPJS dan ada kebebasan berserikat. Ada waktu kerja yang tidak eksploitatif sampai malam. Jadi parameter kerja layak itu kan banyak. Pertanyaannya, kerja kita hari ini sudah layak belum?", ungkapnya.
Selengkapnya saksikan di kanal youtube KompasTV.
https://youtu.be/bUQMEtalP4M?si=GmAbIR53fHcOnRXV
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/talkshow/574160/viral-kaburajadulu-peneliti-paradoks-efisiensi-anggaran-tapi-kabinet-gemuk-rosi
Kategori
🗞
Berita